"Saya tidak akan merinci kejadian itu, selain mengatakan bahwa apa yang dilakukan militer kami, apa yang dilakukan Angkatan Laut kami di Laut China Selatan adalah kegiatan rutin," kata Menteri Pertahanan Marles dari Washington DC.
"Hal ini telah dilakukan selama beberapa dekade, difokuskan untuk menegakkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut: yaitu kebebasan navigasi, kebebasan penerbangan, tatanan berbasis aturan global, yang telah saya gambarkan sebagai sangat penting untuk kepentingan nasional kami," jelasnya.
Baca Juga:
Puing dan Sisa Tubuh Penumpang Kapal Titan Akhirnya Ditemukan!
Ditanya apakah pemerintah dapat memilih untuk secara terbuka mengungkapkan insiden itu seperti yang terjadi dengan pertemuan sebelumnya dengan militer China, Menhan Marles membiarkan kemungkinan itu terbuka.
"Itu mungkin terjadi lagi di masa depan, tapi yang kami fokuskan pertama dan terutama adalah melakukan kegiatan untuk kepentingan nasional kami," tegasnya.
"Dalam hal pengelolaan informasi seputar kegiatan itu, kami fokus pada keselamatan para prajurit kami," tambahnya.
Baca Juga:
Bawa 55 Pelaut, Kapal Selam Nuklir China Dilaporkan Terperangkap di Dasar Samudera
Pekan lalu Pasukan Bela Diri Maritim Jepang (JMSDF) mengumumkan telah "melakukan latihan trilateral dengan kapal perang Amerika Serikat Dewy dan HMAS Parramatta di Laut China Timur ke Timur Okinawa" antara 4 dan 6 Juli.
"Pasukan Bela Diri Maritim Jepang memperkuat kerja sama antara JMSDF, Angkatan Laut Amerika Serikat dan Angkatan Laut Australia untuk mewujudkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," katanya.
Awal tahun ini Dephan mengungkapkan sebuah jet tempur J-16 China telah terbang dekat dengan pesawat pengintai maritim RAAF P-8 selama patroli rutin di Laut China Selatan.