Dinamika pelayaran laut yang dilakukan nelayan juga telah membentuk kelompok etnik di Tanah Air. Mereka terhubung, berinteraksi, bertukar kebudayaan, bahkan beranak pinak.
Ia menuturkan komunitas maritim adalah penyumbang pluralisme bangsa Indonesia.
Baca Juga:
Bukan Isapan Jempol, BRIN Siap Gaji Talenta Iptek RI Selevel Negara Tetangga
Mereka juga berhubungan dengan kelompok-kelompok sosial di komunitas regional bahkan global.
Penangkap tripang Indonesia di perairan Australia, misalnya, telah memupuk relasinya dengan orang Aborigin di Australia bagian utara. Itu menjadi bahan untuk dasar diplomasi budaya.
Komunitas maritim juga dapat berkontribusi pada bidang pertahanan dan keamanan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca Juga:
Pemkot Semarang dan BRIN Sukses Budidayakan Varietas Bawang Merah Lokananta Maserati
Dalam aktivitas pelayaran dan penangkapan ikan, nelayan dapat ikut berperan memantau wilayah perairan Indonesia. Potensi tersebut tentunya harus dioptimalkan.
Ia mengatakan jika Indonesia mempunyai sekitar 650.000 armada kapal yang kebanyakan milik nelayan kecil, dan diasumsikan masing-masing kapal bisa memonitor 4 kilometer persegi laut saat mereka beroperasi, maka mereka bisa dijadikan sumber untuk mengawasi lautan bagi kepentingan pertahanan dan keamanan.
Oleh karena peran dan potensi komunitas maritim yang besar tersebut, maka komunitas tersebut harus diberdayakan dan dikuatkan, serta dilindungi dari berbagai ancaman. [jat]