”Proses fermantasi ini cukup lama. Setelah tiga minggu, kita cek kondisi kadar air, jika berhasil pada usia tujuh minggu biasanya menimbulkan aroma yang menyengat, panas dan menguap. Namun sebaliknya, kalau tidak memberikan efek biasanya proses fermentasinya gagal,’’ jelas dia.
Jari sudah 10 tahun menggeluti pembuatan pupuk organik itu. Setelah proses fermentasi selesai, tinggal proses terakhir adalah penggilingan supaya pupuk mudah diserap tanah dan tumbuhan.
Baca Juga:
Produksi Beras Meningkat, Bapanas Pastikan Petani Tetap Untung Lewat Harga Gabah Resmi
”Kita giling agar lebih lembut dan mudah untuk ditabur,’’ jelas dia.
Jari juga menjual hasil produksi pupuk tradisional dengan harga yang terjangkau.
”Satu kilonya saya jual Rp 1 ribu. Biasanya, saya kemas satu karung yang berisi 20 kg,’’ pungkasnya.
Baca Juga:
Percepat Swasembada Pangan, Wapres Raka ke NTT Temui Petani Kolisia Sikka
Selain pupuk organik, Jari juga membuat pupuk cair dari urine sapi, kelinci dan kambing. Untuk harganya memang lebih mahal daripada pupuk organik.
”Per liter pupuk cair urine kelinci saya jual Rp 25 ribu, Kambing Rp 15 ribu dan sapi Rp 10 ribu,’’ pungkasnya.
Tingkatkan Mutu Rasa Buah