Berkatnews.id | Melimpahnya kotoran ternak dimanfaatkan Jari (53), warga Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam untuk membuat pupuk organik. Di rumahnya, Jari berhasil memproduksi puluhan kilo pupuk organik dalam sekali produksi.
Jari menceritakan, bahan baku pembuatan pupuk organik memanfaatkan kotoran ternak. Dari beberapa jenis ternak, Jari hanya memilih kotoran kambing.
Baca Juga:
Polda Kalsel Berhasil Selamatkan 463.299 Petani dari Peredaran Pupuk Ilegal
”Saya belinya dari peternak di wilayah saya, sebagian ada di desa-desa lain yang ada di Wonosalam,’’ ujar dia kepada wartawan.
Dalam sekali beli, Jari membeli satu truk. Satu karungnya ia beli Rp 7 ribu. Kemudian, setelah mendapatkan bahan baku, baru ia proses di rumahnya.
”langkah awal, yang pertama kita lakukan ada pengeringan. Untuk pengeringan kotoran kambing sendiri tergantung cuaca,’’ tambahnya.
Baca Juga:
Kekeringan Ancam Panen Padi di Labura, Petani Terancam Rugi
Pada intinya, kadar air yang yang terkandung dalam kotoran kambing tidak boleh lebih dari 60 persen. Setelah itu, baru bisa diproses untuk fermentasi.
”Ada beberapa bahan baku yang kita siapkan untuk proses fermentasi, yakni mikroba rumen sapi, tetes, dedak bekatul, air kelapa, air leri,’’ tambah bapak lima anak ini.
Proses fermentasi cukup mudah, ia menyebut kunci agar proses fermentasi berhasil adalah telaten. Proses fermentasi dengan mikroba itu, lanjutnya, diawali dengan memasukkan kotoran kambing ke dalam drum besar kemudian disiram dengan perpaduan mikroba tersebut.
”Proses fermantasi ini cukup lama. Setelah tiga minggu, kita cek kondisi kadar air, jika berhasil pada usia tujuh minggu biasanya menimbulkan aroma yang menyengat, panas dan menguap. Namun sebaliknya, kalau tidak memberikan efek biasanya proses fermentasinya gagal,’’ jelas dia.
Jari sudah 10 tahun menggeluti pembuatan pupuk organik itu. Setelah proses fermentasi selesai, tinggal proses terakhir adalah penggilingan supaya pupuk mudah diserap tanah dan tumbuhan.
”Kita giling agar lebih lembut dan mudah untuk ditabur,’’ jelas dia.
Jari juga menjual hasil produksi pupuk tradisional dengan harga yang terjangkau.
”Satu kilonya saya jual Rp 1 ribu. Biasanya, saya kemas satu karung yang berisi 20 kg,’’ pungkasnya.
Selain pupuk organik, Jari juga membuat pupuk cair dari urine sapi, kelinci dan kambing. Untuk harganya memang lebih mahal daripada pupuk organik.
”Per liter pupuk cair urine kelinci saya jual Rp 25 ribu, Kambing Rp 15 ribu dan sapi Rp 10 ribu,’’ pungkasnya.
Tingkatkan Mutu Rasa Buah
Sementara itu, manfaat menggunakan pupuk organik selain dapat menjaga kesuburan tanah juga meningkatkan mutu rasa buah. Sebagian besar petani di Wonosalam memanfaatkan pupuk organik untuk kebutuhan pertaniannya.
”Manfaat utama pupuk organik, yakni menjaga ekosistem tanah dan membuat tanah semakin subur,’’ ujar Jari, pembuat pupuk organik asal Carangwulung, Wonosalam, kemarin (20/4).
Selain itu, yang tak kalah penting adalah memaksimalkan mutu rasa buah. Baik buah durian, alpukat, manggis, kopi, dan komoditas unggulan lainnya.
”Dapat menjaga kualitas buah,’’ jelas dia.
Petani kopi di Dusun Jarak Krajan, Desa Jarak, Kecamatan Wonosalam juga bertahun-tahun memanfaatkan pupuk organik untuk tanaman mereka. Hasilnya, tak pernah mengecewakan.
”Untuk perawatan rutin kami selalu menggunakan pupuk organik dari kotoran kambing,’’ Slamet Hildajanto Hidayat, kepada wartawan.
Dia mengaku, manfaat pupuk organik dapat membuat tanah semakin gembur serta membuat tanaman tumbuh subur.
”Hasil panen pun selalu bagus setiap tahunnya,’’ pungkasnya. [jat]