"Coba dilihat di Amerika sudah Rp 52.000, bayangkan kalau harga beras di sini menjadi Rp 52.000, demo setahun enggak rampung-rampung. Benar enggak?" ungkap Jokowi yang diamini pendukungnya.
Mantan Wali Kota Solo ini turut menyinggung minyak goreng. Meskipun sempat mengalami kelangkaan dan kenaikan harga sehingga muncul demonstrasi, Jokowi mengklaim saat ini permasalahan tersebut sudah bisa diatasi.
Baca Juga:
Jokowi Resmikan Tol Baru, Perjalanan Medan-Parapat Kini Hanya 1,5 Jam
"Tapi, Alhamdulillah selama seminggu ini saya cek di pasar-pasar sudah Rp 14-16 ribu, sebentar lagi akan semuanya Rp 14 ribu, yang curah, yang curah, ya," tandasnya.
Meskipun begitu, Jokowi memahami bahwa pengendalian harga sejumlah kebutuhan tersebut memberatkan APBN.
"Memang yang berat itu APBN, APBN menjadi berat karena subsidinya sekarang untuk BBM Pertalite-Pertamax-Solar-Elpiji, subsidinya menjadi Rp 502 triliun. Gede sekali, enggak ada negara yang seberani kita melakukan subsidi segede ini," tutur Jokowi.
Baca Juga:
Pedagang Pasar Delimas Riuh Sambut Kunjungan Presiden Joko Widodo
"Tetapi, karena memang rakyat belum pulih dari pandemi ya harus kita lakukan. Itu yang harus kita putuskan," pungkasnya.
Bukan kali saja Jokowi memamerkan perbedaan harga kebutuhan pokok dengan negara lain. Dia juga pernah pamer harga Pertalite Rp 7.500 yang jauh lebih rendah dari negara lain, saat membuka Rakernas Projo di Malang, Jawa Timur, Mei lalu.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan pernyataan Presiden Joko Widodo tak relevan karena perbedaan tingkat perekonomian antarnegara.