Tak heran jika kemudian Irak dikenal sebagai daerah pertanian dan perkebunan terkemuka saat itu. Irak pun dijuluki surga dunia.
Kehadiran negeri-negeri Islam dengan sistem pertanian yang maju ini tak lepas dari kontribusi para pakar pertanian Muslim.
Baca Juga:
Bupati Pakpak Bharat Terima Apresiasi Kabupaten UHC
Mereka kemudian menuliskan pengetahuan mereka dalam buku-buku tentang pertanian yang menjadi referensi para petani dalam bercocok tanam.
Riyad al-Din al-Ghazzi al-Amiri, ahli pertanian dari Damaskus, Suriah, menulis buku pertanian yang membahas berbagai dengan sangat perinci.
Mulai dari jenis lahan pertanian, cara memilih tanah yang baik, jenis-jenis pupuk, pembibitan, pencangkokan, penanaman, hingga pembuatan saluran irigasi.
Baca Juga:
Bright, Siti Nurhaliza hingga Lesti Kejora Siap Meramaikan Malam Puncak Indonesian Television Awards 2025 yang Spektakuler
Ia juga menulis tentang budidaya tanaman biji-bijian, kacang-kacangan, umbi-umbian, sayuran, bunga, dan tanaman lainnya.
Ahli pertanian dari Andalusia, Abu’l Khair, menulis Kitab Al-Filaha.
Dalam buku ini, ia menjelaskan empat cara menampung air hujan untuk keperluan pertanian dan cara membuat irigasi untuk pertanian.