Akhlak.id | Pada sebuah desa hidup seorang cendekiawan, di mana setiap hari cendekiawan tersebut menerima keluhan yang diucapkan oleh banyak warga desa.
Hal tersebut terus berulang-ulang hingga membuat cendekiawan melakukan sebuah tindakan.
Baca Juga:
3 Alasan Mengapa Orang yang Punya Sifat Jujur Banyak Disukai
Ia mulai mengumpulkan semua orang desa dan menceritakan sebuah lelucon.
Semua orang ketika tertawa dengan lelucon yang dibawakan cendekiawan tersebut. Hari kedua cendekiawan kembali mengumpulkan orang-orang desa kembali.
Cendekiawan tersebut masih menceritakan lelucon yang sama dengan hasil akhir para penduduk desa menjadi tertawa terpingkal-pingkal.
Baca Juga:
Hindari! Ini 3 Dampak Buruk Menyebarkan Permasalahan Pribadi Orang Lain di Media Sosial
Hari ketika cendekiawan kembali menceritakan lelucon yang sama. Namun respons yang diberikan oleh penduduk desa sedikit berbeda dari dua hari sebelumnya.
Salah satu penduduk desa mulai bertanya kenapa cendekiawan membacakan cerita lelucon yang sama. Mereka merasa bosan dengan lelucon yang sama dan dibacakan oleh cendekiawan tersebut.
Cendekiawan pun menjawab dengan sedikit kalimat “jika pada lelucon yang sama kalian bisa bosan dan tak bisa tertawa kembali, namun kenapa dengan masalah yang sama tetap saja bisa buat kalian menangis,”