Terlepas dari tiga tingkatan di atas, ketiga kelompok ini adalah orang-orang beriman. Mereka hanya berbeda pada tingkat keimanan. Dalil yang menunjukkan bahwa mereka masih tergolong orang yang beriman, meski berada pada level yang bawah (dzolimun linafsih), adalah firman Allah Ta’ala pada awal ayat,
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami” (QS. Fathir: 32).
Baca Juga:
Mabes TNI Gelar Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H/2023 M
Hal yang bisa disimpulkan dari ayat di atas, yakni:
1. Allah tidak mungkin mewariskan kitab-Nya kecuali kepda orang-orang beriman.
2. Allah menyebut mereka sebagai “hamba-hamba Kami”. Hamba Allah tentu saja orang beriman.
Baca Juga:
Polisi China Tangkap Warga dari Kazakh Usai Lagukan Ayat Al Quran di Pernikahan
Bagaimana bisa orang yang maksiat dan teledor melakukan kewajiban (dzolimun linafsih) masih disebut mukmin?
Jawabannya adalah karena meski meraka maksiat, mereka selamat dari kesyirikan. Mereka tetap mentauhidkan Allah Ta’ala dan ikhlas dalam beribadah kepada-Nya.
Ketiga tingkatan ini sama dengan tingkatan agama yang disebutkan di dalam hadis Jibril. Hadis panjang yang bercerita tentang pertanyaan dan jawaban Jibril kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tentang Islam, iman, dan ihsan.