WahanaNews.co | Sudah injam tahun 2022, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) berharap bisa mencetak semakin banyak eksportir dari pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
"Semoga di tahun 2022 komoditas Indonesia dapat terus meningkatkan daya saing di pasar global dan menghasilkan eksportir-eksportir baru melalui program Jasa Konsultasi LPEI," kata Corporate Secretary LPEI Agus Windiarto dalam keterangan di Jakarta, Sabtu (1/1).
Baca Juga:
Kasus Polisi Tembak Polisi, Kapolda Sumbar Irjen Suharyono Terancam Dicopot
Agus mengatakan, meski di tengah situasi pandemi, LPEI sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan tetap aktif melakukan pendampingan melalui Program Jasa Konsultasi secara intensif terhadap Desa Devisa binaannya.
Desa Devisa pertama yang mendapat pendampingan dari LPEI yaitu Desa Devisa Kakao di Jembrana, Bali. Aroma khas biji kakao merupakan salah satu keunikan yang dimiliki komoditas kakao di wilayah tersebut.
Pelatihan dan pendampingan yang diberikan LPEI kepada para petani kakao, anggota dan pengurus koperasi yang tergabung dalam Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS) merupakan cikal bakal Desa Devisa Kakao Jembrana yang berlokasi di Desa Nusasari, Kabupaten Jembrana, Bali.
Baca Juga:
Proyek Paving Block SDN O18439 Sentang Asahan Diduga Dikerjakan Asal Jadi
Selama 2021, salah satu kendala kesulitan yang dihadapi para petani kakao di Jembrana adalah penurunan tingkat produksi. Hal itu dikarenakan oleh faktor perubahan iklim, terutama dampak dari fenomena La Nina yang mengakibatkan curah hujan yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan rontoknya bunga dan bakal buah yang layu karena curah yang tinggi dan kondisi kebun yang lembab.
Volume biji kakao kering fermentasi yang dihasilkan pun mengalami penurunan sangat signifikans dari 48 ton pada 2020 menjadi 24 ton pada 2021.
Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat juang para petani dan pengurus Koperasi KSS untuk terus mencari pembeli potensi dari luar negeri.
Pada 2021, Koperasi KSS berhasil melakukan ekspor ke sejumlah negara wilayah Eropa yaitu Belgia dan Belanda, Jepang, dan Amerika Serikat dengan total pengiriman mencapai 12,5 ton. Jika dibandingkan dengan sebelumnya pada 2020, Koperasi KSS pada 2021 mendapatkan peluang untuk masuk ke pasar Amerika Serikat.
"Peluang bagi kami di Koperasi KSS untuk bisa masuk ke pasar Amerika dan sekaligus juga tantangan yang dihadapi oleh Koperasi antara lainnya berkaitan dengan adanya pemenuhan aturan Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat. Tapi kami bangga karena mampu menembus pasar Amerika di tengah kondisi pandemi seperti saat ini," kata Ketua Koperasi KSS I Ketut Wiadnyana.
Ketut menambahkan, pada 2022 pihakny memiliki target setidaknya hasil produksi biji kakao fermentasi kering mencapai 75 ton dan kini koperasi juga sedang melakukan beberapa persiapan untuk ekspor ke Valrhona, Perancis.
[kaf]