WahanaNews.co | Kampung tertua di Surabaya, Kampung Ketandan, kini sudah dijadikan kampung wisata yang memiliki sejumlah keunikan dan berbagai UMKM.
Berdasar website surabaya.go.id, kampung ini berada di tengah Kota Surabaya dan di antara bangunan pencakar langit. Lokasinya kerap disebut Segi Empat Emas Surabaya. Yaitu di antara jalan Tunjungan sebelah timur, jalan Embong Malang sebelah selatan, jalan Blauran sebelah barat, dan jalan Praban sebelah Utara.
Baca Juga:
Kemen PPPA Tegaskan Komitmen Lindungi Korban Kekerasan Seksual dengan Regulasi dan Layanan Terpadu
Meski dihimpit oleh gedung-gedung pusat perbelanjaan moderen, Kampung Ketandan memiliki nuansa jaman dahulu yang kental. Sebab, saat memasukinya, pengunjung bisa melihat rumah-rumah warga yang masih mempertahankan arsitektur khas era kolonial.
Berjalan lebih jauh lagi, kita akan menjumpai Masjid An-Nur, sebuah masjid yang dibangun tahun 1914 dengan gaya arsitektur masa lampau. Terdapat pilar-pilar besar yang menghimpit pintu masuk dan jendela besar yang dilengkapi teralis besi di depan.
Beranjak ke tengah kampung, terdapat sebuah makam yang menempati lahan 10 m x 15 m. Masyarakat sekitar menyebut makam itu dengan sebutan Makam Mbah Buyut Tondo.
Baca Juga:
Datangi Polres Malang Kota, Puluhan Kyai dan Ulama Suarakan Netralitas APH
"Artinya buyut atau nenek moyang masyarakat Kampung Ketandan," ketua Rukun Warga (RW) setempat, Indra Bagus Sasmito kepada detikJatim, Jumat (25/2/2022).
Selain itu, ada Balai Budaya Cak Markeso sebagai tempat anak-anak belajar budaya. Serta 40 UMKM yang ikut meramaikan Tunjungan Romansa tiap akhir pekan.
"Tapi ada 5 UMKM yang tiap hari produksi, salah satunya Diah Cookies. Di sana pengunjung bisa bersantai sambil menyantap produk karena konsepnya seperti cafe," tutur Indra.