Wahanatani.com | Para petani didorong untuk memanfaatkan Integrated farm atau pertanian terpadu di atas lahan 10 ribu hektare.
Lahan itu telah disiapkan Pemerintah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional.
Baca Juga:
Polda Kalsel Berhasil Selamatkan 463.299 Petani dari Peredaran Pupuk Ilegal
"Tidak hanya di Gowa tapi semua daerah di Indonesia siapa saja yang mau, bupati yang lahannya siap, komitmennya dan tekad dengan petani, maka kita siap maksimalkan," ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Gowa, Kamis (17/3/2022).
Pertanian terpadu, kata Syahrul, menghadirkan langkah-langkah pertanian yang lebih masif, lebih khusus, serta menghadirkan komoditi-komoditi pertanian yang dibutuhkan dalam ketahanan pangan nasional.
Mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini mengaku pertanian terpadu tidak hanya terdiri dari satu komoditi tetapi berbagai komoditi termasuk peternakan, mulai dari memperbaiki irigasi cacing, teknis yang ada, termasuk mempersiapkan bentuk-bentuk intervensi pupuk organik.
Baca Juga:
Kekeringan Ancam Panen Padi di Labura, Petani Terancam Rugi
"Kita mencanangkan ada integrated farm yang berbasis jagung dan tentu saja didahului dengan pemetaan-pemetaan," ujar dia.
Bersama Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, Syahrul telah sepakat memperluas sampai 10 ribu hektare untuk menanam jagung dan kedelai pada pertanian terpadu. Hasilnya dipastikan akan dibutuhkan bersama, termasuk untuk kebutuhan ekspor jika kebutuhan dalam negeri mencukupi.
Syahrul menjelaskan kedelai pernah diimpor dari luar sebab harga luar negeri lebih murah yakni Rp 5.000, sedangkan petani baru bisa memperoleh keuntungan jika kedelainya dijual seharga Rp7.000 hingga Rp 10 ribu/kg.
Maka dari itu, SYL menilai bahwa peningkatan produktivitas pertanian harus dilakukan, salah satunya melalui pertanian terpadu.
"Harga apapun di dunia ini saling terkontraksi secara global, karena ini saya siapkan ketersediaan menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri. Insya Allah cukup," katanya. [tum]