WahanaNews-Tani | Sektor pertanian masih menyisakan salah satu masalah terkait distribusi hasil panen itu sendiri. Untuk itu Edenfarm, startup pertanian RI, masuk ke segmen B2B dengan mengembangkan demand atau permintaan dulu.
Karena dari segmen ini mereka bisa menghasilkan permintaan yang konsisten, dan ini yang dibutuhkan oleh petani, khususnya para petani sayur mayur.
Baca Juga:
Polda Kalsel Berhasil Selamatkan 463.299 Petani dari Peredaran Pupuk Ilegal
Sebab menurut pendiri dan CEO Edenfarm, David Setyadi, Gunawan, selama ini para petani hortikultura sangat terpengaruh oleh sentimen harga. Karena itu, permintaan yang konsisten merupakan sesuatu yang penting.
"Gagal panen dua kali sudah bangkrut sudah tak tahu besok makan apa. Ketika kita sudah menciptakan demand yang konsisten itu adalah lahan yang subur buat para petani itu bisa bertumbuh," kata David dalam Profit di CNBC Indonesia, dilansir Selasa (11/4/2023).
Setelah masuk dari hilir dengan segmen B2B, Edenfarm mengembangkan sektor pertaniannya. Saat ini, mereka memiliki 9 gudang yang ada di tengah pertanian yang digunakan untuk dua hal. Satu untuk pengepulan barang dan kedua untuk sarana komunikasi dan edukasi terkait perkembangan teknologi pertanian kepada petani.
Baca Juga:
Kekeringan Ancam Panen Padi di Labura, Petani Terancam Rugi
"Cara kita komunikasi lewat 9 titik ini. jadi petani tahu teknologi baru, cara bertani baru, dan semua ini dikembangkan secara scientific," kata dia.
Edenfarm, kata David, memiliki tim agronomis yang akan membantu mengembangkan metode pertanian yang relevan dengan zaman.
Startup ini juga memberikan pendanaan pada para petani untuk kebutuhan di ladang, seperti pupuk, vitamin, dan pestisida. Mereka bekerja sama dengan bank BUMN dan startup fintech untuk jadi penyalur dana.
"Jadi petani itu nggak perlu keluar modal, mereka cukup di tanah mereka, disiplin, dan disiplin itu dibantu oleh aplikasi kita." pungkasnya. [tum/alp]