Benih ini selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh petani menjadi benih sebar (kelas ES) sebanyak 500 ton yang dapat memenuhi luas tanam 20.000 hektare, benih 250 kg ES untuk 100 ha lahan dengan produksi minimal 5 ton/ha, yang diharapkan dapat menghasilkan 500.000 kg benih ES.
Potensi persawahan di Tasikmalaya mencapai 51 ribu hektar, terdiri dari 35.000 ha sawah irigasi dan 16.000 ha sawah non irigasi.
Baca Juga:
Distan Banten Siapkan 1.012 Pompa Air Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Tasikmalaya Nuraedidin menjelaskan bahwa kearifan lokal masih digunakan di Kabupaten Tasikmalaya sebagai antisipasi perubahan iklim, salah satunya penggunaan kincir air untuk mengalirkan air dari sumber air ke lahan persawahan yang sangat membantu dalam memenuhi ketersediaan air.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Maman Suryaman menjelaskan pentingnya peran Perguruan Tinggi dalam penelitian untuk mendukung antisipasi perubahan iklim.
Maman menegaskan pentingnya pemberian bahan organik berupa pupuk kandang maupun pupuk organik lainnya sebelum tanah, yang memiliki kemampuan menahan air untuk ketersediaan air bagi tanaman.
Baca Juga:
Ancaman La Nina Tak Seburuk Dugaan, BMKG Ungkap Sisi Positif Tersembunyi
Selain itu, Maman juga mengungkapkan hasil penelitian berupa penggunaan ekstrak kulit buah-buahan (manggis, buah naga, dan lainnya) yang diberikan ke dalam tanah juga mampu meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air.
Perhimpi memberikan bimbingan teknis tentang pemanfaatan data dan informasi iklim untuk perencanaan waktu tanam, juga tentang prediksi iklim hingga skala dasarian atau bulanan dalam jangka waktu satu musim ke depan sehingga diperoleh gambaran kondisi iklim khususnya curah hujan.
“Informasi ini penting dalam rangka antisipasi dan perencanaan yang lebih baik guna meminimalkan risiko yang kemungkinan akan terjadi. Kapan mau tanam, kapan mau memupuk, semuanya kerugian bisa diantisipasi jika memahami prediksi iklim yang ada dalam aplikasi,” kata pakar Perhimpi Dr. Elza Surmaini.