WahanaNews-Tani | Tidak hanya pupuk bersubsidi yang langka, petani juga mengeluhkan harga pupuk non subsidi yang mahal.
Dalam dua tahun terakhir, produsen Pupuk Indonesia menyebut bahwa harga pupuk non-subsidi telah mengalami kenaikan 2-3 kali lipat.
Baca Juga:
Kalimantan Selatan Tuan Rumah, Ini Arti dan Makna Logo Resmi HPN 2025
Direktur Pemasaran PT Pupuk Indonesia (Persero), Gusrizal mengatakan penyebab kenaikan pupuk non-subsidi adalah akibat krisis gas Eropa, yang menyebabkan harga gas dunia naik signifikan, dan mencapai titik tertinggi dalam sejarah. Gas adalah bahan baku pupuk urea, sehingga menyebabkan kenaikan harga urea global.
"Kemudian, kenaikan harga distribusi akibat pandemi COVID-19, di mana banyak operator logistik dunia terpaksa berhenti beroperasi hingga menyebabkan kenaikan biaya logistik dunia," ucap Gusrizal dalam keterangan tertulis.
Gusrizal menambahkan faktor lain yang membuat harga pupuk naik adalah kebijakan Rusia dan China yang membatasi ekspor pupuknya secara signifikan untuk menjaga ketahanan pangannya. Kedua negara tersebut merupakan negara eksportir pupuk terbesar di dunia.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
Hal ini diperparah dengan terjadinya perang Rusia-Ukraina dan melibatkan Belarusia yang merupakan eksportir besar dunia untuk bahan baku pupuk jenis KCl.
"Begitu juga beragam sanksi Uni Eropa dan negara Barat terhadap Rusia dan Belarusia, menyebabkan kenaikan harga bahan baku pupuk," imbuh Gusrizal.
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan harga pupuk global memang naik secara signifikan bahkan sebelum perang Rusia-Ukraina.
Namun dengan adanya perang, harga pupuk semakin melonjak karena 70 persen bahan baku pupuk berasal dari gas.
"Rusia jadi salah satu negara pengendali pasokan gas untuk pupuk dan juga Rusia juga supply pupuk, secara langsung maka terjadi kenaikan harga pupuk di banyak negara," ujarnya, seperti dilansir dari CNNIndonesia.com.
Pada pembukaan KTT G20 di Bali beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan masalah kelangkaan pupuk tidak boleh disepelekan karena bisa berdampak bagi kesejahteraan masyarakat dunia khususnya ketahanan pangan.
Pasalnya, kelangkaan pupuk dapat menyebabkan gagal panen di sektor pertanian yang dapat berimbas pada ketersediaan pangan dunia.
"Jika kita tidak segera mengambil langkah agar ketersediaan pupuk mencukupi dengan harga terjangkau, maka 2023 akan menjadi tahun yang lebih suram," tegas Jokowi.
Untuk menjawab hal tersebut, Pupuk Indonesia telah menerapkan kebijakan harga khusus untuk pupuk jenis urea non-subsidi untuk pasar retail sampai di level distributor. Harga khusus ini berlaku di bawah harga pasar internasional yang saat ini berlaku.
Selanjutnya Pupuk Indonesia juga sudah memiliki beberapa upaya dalam menjaga harga pupuk non-subsidi, salah satu upaya yang akan dilakukan demi menjaga ketersediaan pupuk non-subsidi melalui rencana penyiapan 1.000 kios komersil.
"Ini kami wujudkan dengan memberikan harga pupuk non subsidi domestik lebih murah dari harga di pasar internasional. Sementara harga pupuk subsidi tetap mengikuti ketentuan HET yang diatur pemerintah," ungkap Gusrizal.
Pupuk Indonesia juga beberapa waktu lalu melakukan kerja sama dengan Jordan Phospate Mines Co. Plc (JPMC) tentang stabilisasi pasokan phosphate atau bahan baku pupuk untuk Indonesia. Kerja sama stabilisasi pasokan pupuk untuk Indonesia ini juga akan mendorong kesempatan dan kolaborasi dalam tiga bidang strategis.
Pertama, program jangka pendek untuk menjamin pasokan phosphate dari JPMC kepada Pupuk Indonesia untuk menstabilkan pasokan pupuk dan memperkuat ketahanan pangan nasional.
Kedua, program jangka menengah dengan mendorong JPMC untuk menyiapkan skema harga yang disepakati untuk menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku pupuk untuk Pupuk Indonesia.
Ketiga adalah program jangka panjang untuk menjalin kerja sama lebih besar lagi, yaitu joint venture industri pupuk di Indonesia.
Pupuk Indonesia juga baru membuka kantor perwakilan di Kota Dubai, Uni Emirat Arab (UAE). Pembukaan kantor baru ini merupakan usaha Pupuk Indonesia memperluas peluang kerja sama perdagangan ammonia, urea, NPK dan produk lain.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman kantor perwakilan akan menjalankan beberapa peran, antara lain memastikan komunikasi dengan pemasok dan mitra, melakukan upaya pemasaran internasional untuk perdagangan ekspor, dan mempermudah akses pembelian bahan baku, menjadi di antaranya.
"Kami melakukan ekspansi untuk mendekatkan diri pada pasar dan juga mencari peluang-peluang bisnis lain khususnya dibidang trading komoditas," jelas Bakir dikutip dari CNBC Indonesia.
Bakir menambahkan kantor baru Pupuk Indonesia di Dubai juga dapat meningkatkan efisiensi biaya serta menambah EBITDA uplift melalui pengembangan bisnis dengan memperbanyak penjualan melalui cost and freight (CFR) dan cost insurance freight (CIF). Hal ini dapat dilakukan karena Dubai merupakan salah satu hub (penghubung) dari perusahaan-perusahaan logistik di dunia.(jef)