Wahanatani.com | Dalam berbagai analisa, harga minyak sawit mentah (CPO) akan tetap tinggi hingga paruh pertama (1H) 2022, tetapi faktanya bisa saja harga CPO itu tiba-tiba melemah lantaran produksi minyak nabati global diprediksi meningkat.
Menutip dari Infosawit Selasa (8/3/2022), meningkatnya harga CPO hingga ke level tertinggi RM 5.900/ton dan RM 6.000/ton akibat sentimen ketatnya pasokan minyak nabati dan meningkatnya harga minyak mentah. Analis Affin Hwang Capital, yang berbasis di Kuala Lumpur, Nadia Aquidah mengungkapkan, adanya penurunan pajak impor CPO di India ditambah dengan kebijakan pemerintah Indonesia baru-baru ini untuk mengatur ekspor minyak sawit juga memiliki andil membuat harga CPO tetap tinggi.
Baca Juga:
DJP Kalbar Fokus Maksimalkan Penerimaan Pajak Sektor Perkebunan untuk Meningkatkan Pendapatan Negara
Namun demikian ungkap Nadia Aquidah, dirinya percaya bahwa produksi minyak nabati global akan meningkat pada tahun 2022 didukung oleh kondisi cuaca yang relatif lebih baik di sebagian besar negara produsen dan aktivitas pengolahan industri minyak nabati yang lebih tinggi.
Lebih lanjut catat Nadia, masih banyak ketidakpastian di sisi penawaran dan permintaan global, yang dapat menentukan waktu dan besarnya perubahan harga CPO dalam beberapa bulan mendatang.
“Kami berharap semua perusahaan perkebunan kelapa sawit mendapatkan keuntungan, terutama yang memiliki prospek pendapatan lebih tinggi,” katanya dalam sebuah riset yang diterbitkan baru-baru ini.
Baca Juga:
Kemendag Rilis Harga Referensi CPO dan Biji Kakao Per November 2024
Dia mengatakan sektor hulu perusahaan perkebunan kelapa sawit kemungkinan akan lebih sensitif terhadap perubahan harga CPO, dan mereka yang beroperasi di Malaysia dapat memperoleh keuntungan lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Indonesia, lantaran ada kewajiban menjual sebagian produk minyak sawit mereka untuk sementara dengan harga lebih rendah.
Affin Hwang menaikkan perkiraan harga rata-rata CPO menjadi RM 4,400 per ton dari RM 3,300 per ton sebelumnya.
Dilansir News Strait Times, Nadia mencatat, beberap faktor yang bisa menentukan harga CPO naik atau justru melemah diantaranya yakni, adanya permintaan yang lebih kuat/lebih lemah dari perkiraan dan produksi yang lebih rendah/lebih tinggi dari perkiraan yang mempengaruhi harga minyak nabati.
Ekspor produk minyak sawit yang lebih kuat/lebih lemah dari perkiraan, produksi biodiesel yang lebih kuat/lemah dari perkiraan terutama di Indonesia dan Malaysia, dan perubahan kebijakan serta struktur pajak. [tum]