WahanaNews-Tani | Peningkatan produksi hingga diversifikasi sumber pangan pada pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan bisa menjadi solusi untuk mengatasi ancaman krisis pangan global.
Berdasarkan hasil rumusan rekomendasi dari 200 lebih peneliti negara-negara G20 yang tergabung dalam T20, yang dikutip dari lembaga penelitian Center for Indonesia Policy Studies (CIPS) di Jakarta, Jumat, pembiayaan kerawanan pangan dan gizi dalam jangka pendek bisa dilakukan dengan diversifikasi sumber pangan, memperbaiki pasokan, dari sisi produksi dengan memproduksi makanan yang lebih bergizi.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
CIPS yang menyelenggarakan dan memimpin forum T20 juga menyebutkan rekomendasi investasi pada tingkat lokal, nasional, hingga global pada infrastruktur rantai pasok global dan pangan bergizi bisa meningkatkan asupan gizi sehat yang lebih terjangkau.
Selain itu, juga diperlukan peningkatan integrasi rantai pasok dari pertanian menjadi pangan yang lebih bernilai dan ramah lingkungan.
Terakhir, diperlukan peningkatan produksi pangan berdasarkan praktik pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan agar pangan tetap tersedia di tengah sumber daya input pertanian seperti pupuk dan energi yang mengalami keterbatasan.
Baca Juga:
Polsek Bagan Sinembah Gelar Kegiatan Launching Gugus Tugas Polri dan Ketapang.
Akademisi dari IPB Bayu Krisnamurthi menyebutkan bahwa komitmen pemimpin negara-negara G20 di bidang sektor pertanian sudah baik dan harus diimplementasikan oleh masing-masing negara untuk bisa memberikan pengaruh yang besar.
"Di G20 telah ada komitmen yang dibuat oleh para pemimpin negara dan komitmen ini saya kira cukup baik," kata dia.
Bayu mengidentifikasi masalah yang saat i ini berpengaruh pada pangan global adalah naiknya harga energi dan harga pupuk yang berdampak pada harga berbagai komoditas pangan.