Wahanatani.com | Tanaman dengan nama ilmiah Nepenthes Bokorensis biasa disebut dengan tanaman penis karena dianggap mirip kelamin pria.
Pemerintah Kamboja baru-baru ini meminta masyarakat untuk berhenti memetik tanaman karnivora langka tanaman penis karena nyaris punah.
Baca Juga:
2 Pelaku Sindikat Judi Online Asal Kamboja Diringkus Polda Jabar
Kementerian Lingkungan Kamboja mengeluarkan larangan keras menyusul sejumlah foto beberapa wanita yang sedang memetik tumbuhan tersebut viral di internet.
"Apa yang mereka lakukan itu salah dan tolong jangan lakukan itu lagi di masa depan. Terima kasih telah mencintai sumber daya alam, namun jangan memetik karena akan merusaknya," kata Kementerian Lingkungan Kamboja melalui status facebook dilansir dari Live Science, Minggu (22/5).
Tanaman langka yang menyerupai alat kelamin pria ini dikenal sebagai Nepenthes Holdenii yang merupakan spesies yang lebih langka dari spesies yang lain dan hanya sedikit peneliti yang mampu menemukannya.
Baca Juga:
Timnas Indonesia Menang 2-0 Lawan Kamboja
"Tanaman saya [Nepenthes Holdenii] tumbuh di beberapa lokasi rahasia di Pegunungan Cardamom," kata fotografer lepas yang pertama kali menemukan Nepenthes Holdenii, Jeremy Holden.
Adapun menurut Newsflare, temuan warga yang memetik tanaman ini bukan pertama kalinya terjadi. Pemerintah setempat sebelumnya juga telah mengeluarkan peringatan untuk tidak merusak tanaman phallic dan fotogenik.
Pejabat senior di kementerian meminta wisatawan untuk tidak memetik Nepenthes Bokorensis dan Nepenthes Holdenii dalam sebuah pernyataan pada Juli 2021 lalu, lantaran dapat mendorong kepunahan tumbuhan.
Adapun tanaman Nepenthes bertahan hidup di tanah bernutrisi rendah dengan melengkapi makanan mereka dengan serangga hidup. Mereka menggunakan nektar dan aroma manis untuk menarik mangsa.
Serangga kemudian memakan nektar di sekitar mulut daun tanaman yang dimodifikasi menyerupai kantong.
Ketika serangga jatuh ke dalam kantong, mereka tenggelam dalam cairan dan tanaman serupa Nepenthes bakal menyerap nutrisi mereka.
Ahli botani François Mey menjelaskan, habitat alami tanaman karnivora karnivora di Kamboja telah menurun karena ekspansi pertanian di lahan pribadi dan pertumbuhan industri pariwisata menjadi kawasan lindung.
"Kalau orang tertarik, meski lucu-lucuan, untuk berpose, berswafoto dengan tanaman, tidak apa-apa," ujar Mei. "Hanya saja, jangan memetik kantongnya karena itu melemahkan tanaman, karena tanaman membutuhkan kantong ini untuk diberi makan," imbuhnya. [tum]