WahanaNews-Tani | Bercocok tanam dengan teknik hidroponik sudah ada sejak ribuan tahun lalu (±2600 tahun yang lalu).
Taman gantung (Hanging Gardens) Babylon adalah salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Taman ini merupakan pengaplikasian pertama dari teknik hidroponik yang tercatat dalam sejarah.
Baca Juga:
Kalimantan Selatan Tuan Rumah, Ini Arti dan Makna Logo Resmi HPN 2025
Hidroponik mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1970-an dan menjadi materi perkuliahan di perguruan tinggi.
Sistem hidroponik dapat menjadi salah satu solusi bagi pengembangan tanaman buah dan sayur dengan berbagai kelebihan dibandingkan sistem pertanian konvensional.
Kelebihan cara menanam hidroponik yaitu mengurangi risiko atau masalah budidaya yang berhubungan dengan tanah seperti gangguan serangga, jamur, dan bakteri yang hidup di tanah.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
Sistem ini juga lebih mudah dalam pemeliharaan seperti tidak melibatkan proses penyiangan dan pengolahan tanah. Selanjutnya proses budidaya dilakukan dalam kondisi lebih bersih tanpa menggunakan pupuk kotoran hewan.
Hal ini lalu membuat cara menanam hidroponik menjadi populer diterapkan di rumah-rumah penduduk yang minim lahan.
Berikut adalah 6 cara menanam hidroponik yang dapat anda terapkan di rumah:
1. Sistem Sumbu (Wick System)
Sistem sumbu (Wick System) merupakan salah satu sistem yang paling sederhana karena tidak memiliki bagian yang bergerak, sehingga tidak menggunakan pompa atau listrik.
Sistem sumbu merupakan sistem pasif dalam hidroponik karena akar tidak bersentuhan langsung dengan air.
Sistem sumbu kurang efektif untuk tanaman yang membutuhkan banyak air. Namun, sistem sumbu cocok untuk pemula atau yang baru mencoba menggunakan sistem hidroponik.
Beberapa media tanam yang paling umum digunakan untuk sistem sumbu ialah seperti coco coir, vermiculite atau perlite.
Alat yang dibutuhkan pun mudah. Hanya larutan nutrisi, kain flanel (bahan lain sebagai sumbu), aerator (opsional) dan media untuk menjaga kelembaban seperti sekam bakar, cocopeat, hidroton.
2. Sistem Rakit Apung (Water Culture System)
Sistem Rakit Apung (Water culture system) merupakan cara bercocok tanam hidroponik modern, dan salah satu sistem paling sederhana dari semua sistem hidroponik aktif.
Sistem ini cukup mudah digunakan karena hanya membutuhkan alat yang sederhana.
Hidroponik rakit apung merupakan pengembangan dari sistem bertanam hidroponik yang dapat digunakan untuk kepentingan komersial dengan skala besar ataupun skala rumah tangga.
3. Sistem NFT (Nutrient Film Technique System)
Konsep dasar sistem NFT (Nutrient Film Technique System) ini adalah suatu metode budidaya tanaman dengan akar tanaman tumbuh pada lapisan nutrisi yang dangkal dan tersirkulasi sehingga tanaman dapat memperoleh cukup air, nutrisi, dan oksigen.
Tanaman tumbuh dalam lapisan polyethylene dengan akar tanaman terendam dalam air yang berisi larutan nutrisi yang disirkulasikan secara terus menerus dengan pompa.
Daerah perakaran dalam larutan nutrisi dapat berkembang dan tumbuh dalam larutan nutrisi yang dangkal sehingga bagian atas akar tanaman berada di permukaan antara larutan nutrisi dan styrofoam, adanya bagian akar dalam udara ini memungkinkan oksigen masih bisa terpenuhi dan mencukupi untuk pertumbuhan secara normal.
Nutrisi yang disediakan untuk tanaman akan diterima oleh akar secara terus menerus menggunakan pompa air yang ditempatkan pada penampung nutrisi yang disusun sedemikian rupa agar pengaliran menjadi efektif.
Juga diperlukan timer untuk mengatur air yang mengalir, dan aerator untuk menunjang pertumbuhan akar.
4. Sistem Irigasi Tetes (Drip System)
Sistem irigasi tetes (Drip System) adalah salah satu sistem hidroponik yang menggunakan teknik yang menghemat air dan pupuk dengan meneteskan larutan secara perlahan langsung pada akar tanaman.
Sistem irigasi tetes (drip system) disebut juga sistem fertigasi karena pemberian dan pengairan nutrisi dilakukan secara bersamaan.
Sistem irigasi tetes (drip sistem atau fertigasi) adalah sistem hidroponik yang paling sering digunakan di dunia, mulai dari hobi hingga skala komersil.
Teknik ini bisa dirancang sesuai kebutuhan dan lahan, bisa dari skala kecil maupun skala besar.
Akan tetapi lebih efektif cara ini untuk tanaman yang agak besar yang membutuhkan ruang yang lebih untuk pertumbuhan akar.
5. Sistem Pasang surut (Ebb and Flow System)
Dalam sistem pasang surut (Ebb and Flow System atau Flood and Drain System), tanaman mendapatkan air, oksigen, dan nutrisi melalui pemompaan dari bak penampung yang dipompakan ke media yang nantinya akan dapat membasahi akar (pasang).
Selang beberapa waktu air bersama dengan nutrisi akan turun kembali menuju bak penampungan (surut).
Waktu pasang dan surut dapat diatur menggunakan timer sesuai kebutuhan tanaman sehingga tanaman tidak akan tergenang atau kekurangan air.
Sistem hidroponik ini banyak dikembangkan dalam skala hobi maupun komersil. Struktur hidroponik ebb flow tergolong sederhana, pembuatannya mudah dan hemat energi.
Sistem ini dapat digunakan untuk beberapa media pertumbuhan seperti rockwool, vermiculite, coconut fiber.
6. Sistem Aeroponik
Teknik menanam tanaman dengan aeroponik berasal dari katanya “aero” yang berarti udara, dan “phonic” yang berarti cara menanam. Jadi, aeroponik merupakan cara bertanam dengan media perakarannya udara.
Sistem aeroponik merupakan cara bercocok tanam dengan menyemprotkan nutrisi ke akar tanaman.
Nutrisi yang disemprotkan mempunyai bentuk seperti kabut. Aeroponik adalah suatu sistem penanaman sayuran yang paling baik dengan menggunakan udara dan ekosistem air tanpa menggunakan tanah.
Teknik ini merupakan metode penanaman hidroponik dengan menggunakan bantuan teknologi.
Desain aeroponik merupakan desain yang paling canggih dari semua sistem hidroponik.
Akar tanaman menggantung ke dalam wadah dan haradisemprotkan terus menerus dengan semburan bergantian secara kontinu.
Kualitas sayuran yang ditanam dengan teknik ini terbukti mempunyai kualitas yang baik, higeinis, segar, renyah, beraroma dan disertai juga dengan citarasa yang tinggi.(jef)