Wahanatani.com | Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil melakukan wisuda kepada 1.249 petani milenial Angkatan I Program Petani Milenial secara luring dan daring, di kampus Institut Pertanian Bogor, Kabupaten Bogor, Kamis (24/3/2022).
"Setelah satu tahun dimulai 20 Maret 2021 lalu, hari ini dari sekian banyak yang mengikuti Program Petani Milenial diwisuda sebanyak 1.249 orang," ujar Kang Emil dalam keterangan tertulis, Sabtu (26/3/2022).
Baca Juga:
Polda Kalsel Berhasil Selamatkan 463.299 Petani dari Peredaran Pupuk Ilegal
Dia tak memungkiri, selama perjalanan satu tahun ini banyak terjadi dinamika hingga menyebabkan sebagian petani milenial tidak cukup berhasil. Di antaranya adanya kendala akses ke perbankan karena tak memenuhi persyaratan, salah komoditas, hingga gagal panen
"Mengapa segini, artinya ada yang berhasil, ada yang tidak. Karena menyerah di perjalanan, urusan akses ke perbankannya tidak memadai, ada yang salah komoditas, dan gagal panen. Tapi yang berhasil ini membuktikan mereka konsisten," tutur dia.
Diketahui peserta yang mengikuti wisuda ini adalah peserta program yang memiliki pendapatan minimal setara upah minimum kabupaten/kota di lokasi usaha. Berbagai macam latar belakang peserta yang ikut dalam program ini hingga inaugurasi, yakni berlatar belakang keluarga petani serta sarjana non-pertanian seperti psikologi, sastra, mahasiswa, dosen, seniman, maupun ibu rumah tangga.
Baca Juga:
Kekeringan Ancam Panen Padi di Labura, Petani Terancam Rugi
Adapun peserta yang diwisuda sebagian besar peserta laki-laki 88%, sedangkan peserta perempuan 12%. Sementara dari kategori umur, untuk usia 19-24 tahun sebanyak 19%, usia 25-29 tahun 26%, dan paling banyak peserta di usia 30-39 tahun yang mencapai 55%.
Kang Emil menegaskan, petani milenial bukan program karpet merah yang secara instan bisa langsung menghasilkan keuntungan tanpa rintangan. Program ini diibaratkan pendakian gunung yang harus didampingi pemerintah lewat pelatihan, anggaran, lahan, teknologi, sampai pemasaran.
Kendati demikian, dia optimistis, di tahun-tahun berikutnya jumlah petani milenial yang berhasil dan diwisuda akan bertambah. Tentunya dengan diiringi evaluasi di sektor yang kurang.
"Jadi, ada keberhasilan ada juga kekurangsempurnaan yang terus kita perbaiki. Tapi saya optimistis, boleh dicek dengan provinsi lain yang paling produktif melahirkan anak muda kembali bertani di desa adalah Jabar," tutur Kang Emil.
Ia pun meyakini, dengan konsistensi Program Petani Milenial, ke depan usia petani di Jabar bisa digantikan oleh generasi muda di bawah usia 40 tahun. Saat ini 70% petani di Jabar rata-rata berusia 70 tahun.
Regenerasi petani pun kini sudah terlihat dari penggunaan teknologi pengolahan pertanian hingga pemasaran yang tak ditemui pada petani lansia.
"Saat ini terlihat petani muda sudah mulai pakai teknologi, menyiram tanaman menggunakan handphone, penjualan dengan e-commerce, ini tidak terjadi di generasi orang tuanya," jelasnya.
Menurut dia, penguasaan teknologi pertanian ini menjadi bukti bergesernya kesejahteraan yang didominasi perkotaan ke pedesaan.
"Saya optimistis, Program Petani Milenial dipadukan dengan desa digital, kesejahteraan akan bergeser tak hanya didominasi oleh pekerjaan di kota, melainkan juga di desa asal menguasai teknologi," ujarnya.
Untuk Program Petani Milenial Angkatan II Pemda Provinsi Jabar kembali membuka pendaftaran yang akan berkolaborasi dengan pemda kabupaten/kota. Pemda Kabupaten Bogor sudah menyiapkan lahan untuk digarap petani milenial di Angkatan II ini.
"Kita akan buka pendaftaran lagi tentu kolaborasi dengan pemerintah kabupaten/kota. Contohnya Pemkab Bogor sudah menyiapkan lahan yang disumbangkan untuk generasi muda dengan konsep petani milenial," pungkasnya. [tum]