WahanaNews-Persona |Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan apresiasi kepada para tokoh dan tenaga pemugar Candi Borobudur atas sumbangsihnya dengan wujud prasasti yang mencantumkan nama-nama tokoh dan pemugar Candi Borobudur.
Prasasti itu ditandatangani langsung oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, Selasa (13/9/2022).
Baca Juga:
43 Bhikkhu Thudong dari Thailand, Malaysia, Singapore Tiba di Candi Borobudur untuk Rayakan Tri Suci Waisak
“Beberapa hari ini saya mendengar banyak pujian dari delegasi negara-negara G20 dengan pengalaman mereka di Borobudur. Dan semua itu adalah kerja keras Bapak dan Ibu dalam memugar Candi Borobudur pada 1973-1983, sehingga kita dapat menyaksikan kemegahannya seperti sekarang. Prasasti itu sebagai catatan sejarah, agar menjadi dapat diingat serta menjadi penyemangat bagi generasi penerus untuk terus melestarikan warisan budaya leluhur kita,” ungkap Nadiem, seperti dikutip dalam rilis Kemendikbudristek di Jakarta, Rabu (14/9/22).
Pemugaran Candi Borobudur pertama kali dilakukan pada 1965 dan sempat terhenti. Kemudian pada 1973 menjadi titik terang bagi kelanjutan pemugaran Candi Borobudur.
Dengan dukungan penggalangan dana oleh UNESCO dan negara-negara sahabat, pada 10 Agustus 1973 pemugaran ke II Candi Borobudur secara resmi dimulai, hingga akhirnya dinyatakan selesai pada 23 Februari 1983.
Baca Juga:
Suku Mulu Wolomeze Wakili Pemkab Ngada Hadir di Acara Ruwatan Bumi
Semangat gotong royong global untuk pemulihan sektor kebudayaan ini juga lah yang didorong oleh Kemendikbudristek dalam Pertemuan Tingkat Menteri bidang Kebudayaan (Culture Ministers’ Meeting/CMM).
Perwakilan pemugar Candi Borobudur Dr. I Gusti Ngurah Anom mengungkapkan terima kasih atas perhatian pemerintah.
“Tapi harus diingat bukan kami yang berjasa, kami hanya bertugas melakukan kewajiban sebagai anak bangsa, sehingga hasilnya dapat dilihat dunia”.
Selain itu Anom juga mengingatkan bahwa jangan hanya candinya saja yang dikagumi, tetapi juga teknologi dan metode pemugaran Candi Borobudur harus bisa dikagumi bangsa lain.
Sejalan dengan pelaksanaan G20 bidang Kebudayaan yang mengangkat tema Culture For Sustainable Living, Kebudayaan untuk Hidup Berkelanjutan, prasasti ini sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa, dedikasi dan pengetahuan para pemugar Candi Borobudur untuk dapat menjadi inspirasi generasi berikutnya.
Terdapat 698 nama tokoh dan tenaga pemugar Candi Borobudur terukir pada prasasti yang terbuat dari bahan batu andesit kombinasi marmer ini.
“Dengan diresmikan prasasti itu, semoga yang kita cita-citakan dari pelaksanaan G20 ini yakni sebagai jalan menuju kehidupan berkelanjutan dapat terwujud demi Indonesia tangguh dengan ragam budayanya,” tutup Nadiem. [afs]