Oto.WahanaNews.co | Tahun 2022 diproyeksikan akan jadi periode yang lebih prospektif untuk sektor otomotif. Sektor ini dinilai punya fundamental yang baik serta beberapa sentimen positif yang bisa mendongkrak penjualan.
Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis mengaku optimistis terhadap penjualan mobil pada tahun depan. Dia memperkirakan, setidaknya akan ada 950.000 unit mobil yang terjual pada 2022. Angka tersebut naik sekitar 15% dari penjualan mobil pada tahun ini yang mencapai 850.000 unit.
Baca Juga:
PT Chery Sales Indonesia Tambah Kuota Harga Spesial Chery Omoda E5
“Membaiknya daya beli seiring dengan harga komoditas yang tinggi serta banyaknya model baru yang diluncurkan dalam beberapa bulan terakhir akan menjadi faktor pendorong penjualan mobil tahun depan,” kata Edward kepada Kontan.co.id, Jumat (31/12).
Secara fundamental, dia juga melihat sektor otomotif di Indonesia masih memiliki prospek yang sangat bagus. Salah satunya adalah masih rendahnya rasio kepemilikan mobil di Indonesia yang bahkan masih jauh di bawah negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.
“Membaiknya daya beli seiring dengan harga komoditas yang tinggi serta banyaknya model baru yang diluncurkan dalam beberapa bulan terakhir akan menjadi faktor pendorong penjualan mobil tahun depan,” kata Edward kepada Kontan.co.id, Jumat (31/12).
Baca Juga:
Tingkatkan Daya Saing Industri Otomotif Nasional, Pemerintah Beri Sejumlah Insentif
Secara fundamental, dia juga melihat sektor otomotif di Indonesia masih memiliki prospek yang sangat bagus. Salah satunya adalah masih rendahnya rasio kepemilikan mobil di Indonesia yang bahkan masih jauh di bawah negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.
Adapun, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang baru-baru ini menyebutkan Kementerian Perindustrian sudah mengajukan penghapusan PPnBM untuk mobil rakyat. Adapun yang dimaksud mobil rakyat adalah mobil yang dijual dengan harga Rp240 juta, memiliki kapasitas mesin maksimal 1.500cc, dan punya TKDN lebih dari 80%.
Sementara dari sisi risiko, Edward menilai perkembangan kasus Covid-19 masih terus harus jadi perhatian. Jika sampai terjadi ledakan kasus dan membuat pembatasan sosial diberlakukan, penurunan mobilitas dapat menjadi sentimen negatif. Selain itu, kenaikan suku bunga acuan juga bisa jadi risiko yang harus diwaspadai.
“Naiknya suku bunga acuan bisa membuat daya beli sedikit terganggu karena artinya biaya cicilan akan jauh lebih tinggi,” katanya.
Adapun, Edward saat ini menjadikan PT Astra International Tbk (ASII) sebagai top pick untuk sektor otomotif. Ia memasang target harga Rp 7.500 untuk saham ASII.
Berikut rekomendasi saham-saham emiten otomotif dari para analis:
1. PT Astra International Tbk (ASII)
ASII menjadi emiten yang diuntungkan dengan pulihnya penjualan mobil pada tahun depan. Apalagi, dengan berbagai produk baru seperti new Toyota Avanza dan Toyota Rush yang diekspektasikan mendorong penjualan. Selain itu, ASII juga akan mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang cukup bagus dengan harga komoditas yang diekspektasi akan terus berada pada level yang tinggi pada tahun depan.
Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis merekomendasikan untuk beli saham ASII dengan target harga Rp 7.500 per saham.
2. PT. Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX)
Menyambut 2022, MPMX baru saja meluncurkan platform penjualan mobil bekas terbarunya bernama OtoDeals melalui anak usahanya PT Armada Maha Karya. Secara kinerja, MPMX juga mengaku tidak merasakan efek negatif dari adanya PPnBM 100% terhadap bisnis mobil bekas yang dijalaninya. Adapun, pada tahun ini, MPMX menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 20-25%.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan pergerakan saham MPMX sedang berada pada fase downtrend meskipun koreksinya tertahan oleh MA20. MACD yang sudah dead cross menandakan adanya rawan koreksi kembali oleh MPMX. Ia merekomendasikan untuk sell on strength MPMX dengan level support Rp 1.000 dan level resistance Rp 1.245.
3. PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)
Hingga kuartal III-2021, IMAS berhasil membukukan pendapatan Rp 14,05 triliun atau tumbuh 24,57% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 11,28 triliun. Kinerja apik tersebut pada akhirnya berhasil mengangkat kinerja bottom line IMAS. Tercatat, kerugian bersih IMAS menyusut 74,29% menjadi hanya Rp 117,13 miliar.
Analis Erdikha Elit Sekuritas Ivan Kasulthan menyebut indikator stochastic IMAS bergerak pada areal pertengahan serta berpotensi terjadi death cross yang mengindikasikan adanya potensi pelemahan. Indikator MACD dengan histogram yang masih bergerak di zona positif namun sudah terjadi penurunan yang mengindikasikan potensi terjadi pelemahan. Ia pun merekomendasikan buy on weakness untuk saham IMAS dengan level support Rp 840 dan level resistance Rp 910.[gab]