Oto.WahanaNews.co | Mitsubishi bangkit di pasar mobil Indonesia dengan produk andalannya Xpander, mampu terus membayangi Toyota dengan Avanza-nya. Perjalanan Mitsubishi di Indonesia cukup panjang, hampir bersamaan masuknya Toyota ke Indonesia.
Sebelum Perang Dunia II berakhir, Mitsubishi dilibatkan dalam pembuatan pesawat tempur bagi militer Jepang. Salah satu produknya, bernama Zero, ikut menyerbu Pearl Habour yang kemudian membuat Amerika Serikat ikut dalam Perang Dunia II. Setelah Perang Dunia II selesai, Mitsubishi bangkit dari masa lalunya dengan menjadi produsen kendaraan.
Baca Juga:
Menperin Sambut Mitsubishi Tambah Investasi Rp5,7 Triliun
Dana pampasan perang Jepang masuk ke Indonesia setelah era 1950-an dan kemudian dengan disusuli perusahaan dan kendaraan bermotor dari Jepang. Termasuk mobil buatan Mitsubishi di dalamnya. Era 1960-an jumlah kendaraan di Indonesia masih sedikit dan banyak yang berasal dari pabrikan Amerika atau Eropa. Setelah 1960 adalah era kendaraan Jepang bagi jalanan dan pasaran Indonesia.
"Kendaraan-kendaraan Jepang pertama kali terlihat secara besar-besaran dalam Asian Games 1962 yang diadakan di Jakarta," Ian Chalmers dalam Konglomerasi Negara dan Modal dalam Industri Otomotif Indonesia, 1950-1985 (1996:125). Jumlah kendaraan di Jakarta terdongkrak naik karena pesta olah raga negara-negara Asia tersebut.
Setidaknya sejak 1959 sudah ada usaha impor mobil dari Jepang. Pengusaha Hasyim Ning dalam Pasang Surut Pengusaha Pejuang: Otobiografi Hasjim Ning (1986:360) menyebut pada 1959 dirinya sebagai pimpinan Indonesia Service Company (ISC) bekerja sama dengan Mitsubishi dari Jepang. Hasyim Ning sempat jadi pengusaha mobil yang sukses, bahkan sempat dapat julukan 'raja mobil' Indonesia.
Baca Juga:
PT Taspen Gandeng Mitsubishi untuk Bangun Kawasan Superblok Hijau Senilai Rp10,6 Triliun
"Yaitu di waktu ISC mengimpor dan merakit mobil jip CJ yang dipesan untuk keperluan militer. Produk CJ merupakan produk bersama Mitsubishi Willys yang dibikin Jepang," aku Hasjim Ning.
Jip buatan Mitsubishi-Willys itu tidak begitu merajai jalanan Indonesia waktu itu. Mitsubishi, menurut Masashi Nishihara dalam Sukarno Ratna Sari Dewi & Pampasan Perang (1993:142-143) bersama Toyota dan Isuzu terlibat dalam pengadaan 1.500 mobil dan 1.500 truk.
Setelah Sukarno lengser dan penanaman modal asing direstui Orde Baru di bawah Soeharto, Mitsubishi berusaha memasarkan mobilnya secara besar-besaran ke Indonesia. Hasjim termasuk pengusaha yang diajak Mitsubishi dalam pemasaran mobil-mobilnya. Namun tak ada kesepakatan untuk kedua belah pihak untuk melanjutkan bisnisnya.
"Mereka menawarkan kerjasama dengan perbandingan (saham) 80:20 antara Mitsubishi dan ISC," kata Ning. Sementara Ning menginginkan 30:70. Setelah kesepakatan itu gagal, Mitsubishi menemukan partner lokal lain untuk pemasaran mobil Mitsubishi.
"Tahun 1970, kami berdiri atas nama PT New Marwa 1970 Motors sebagai distributor tunggal Mitsubishi Indonesia, yang kemudian di tahun 1973 berganti nama menjadi PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB)," tulis situs resminya.
Menurut Ning, perusahaan itu didirikan Direktur Pertamina Mayor Jenderal Ibnu Sutowo dan Brigadir Jenderal Sjarnubi Said. Nama perusahaan itu identik dengan keluarga besar Sjarnubi Said yang pernah pimpin PSSI. Kramayudha nama seorang pesirah (kepala marga) yang bergelar pangeran.
Kerjasama Mitsubishi dengan Kramayudha terbilang sukses. Mobil truk Mitsubishi sendiri kemudian ikut merajai jalanan Indonesia. Truk-truk Mitsubishi menjadi kendaraan angkut yang cukup diandalkan di Indonesia di era yang disebut sebagai era Pembangunan Nasional.