Popik juga menjelaskan terminal yang pertama menggunakan konsep tersebut adalah Terminal Dhaksinarga Gunung Kidul, Yogyakarta. Dengan penerapan konsep mixed use terminal yang dikerjasamakan dengan Pemerintah Daerah maka ekosistem menjadi tumbuh dan perekonomian mulai bergerak. Hal ini terbukti adanya toko UMKM dan kafe yang buka di sana untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang datang.
Selanjutnya, tambahnya, adalah Terminal Mangkang di Semarang. Jika dilihat terminal ini cukup jauh dari pusat kota, sekitar 17 Km. Tidak ingin bangun ini terbengkalai dan menjadi sisa-sisa maka konsep mixed use terminal inipun diterapkan, dengan dukungan dari Pemerintah Kota Semarang yang akan membuka 30 pelayanan publik di Terminal Tipe A maka perekonomian di terminal tersebut mulai tumbuh.
Baca Juga:
Terkait Kasus Korupsi Tol MBZ, Kejagung Periksa Mantan Dirjen Perhubungan Darat
"Dari data yang ada Terminal Mangkang yang awalnya tidak disinggahi oleh bus maka saat ini sudah 380 bus PO yang menaikkan dan menurunkan penumpang, dengan rata-rata satu bus membawa 10 penumpang. Itu sudah luar biasa. Ini semua berkat perjuangan dari Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) wilayah X dan Kepala Terminal Mangkang yang secara berkala membuat kegiatan di terminal tersebut," kata Popik. [JP]