Health.WahanaNews.co | Olahraga menjadi jalan mendapat tubuh sehat, bugar dan bonusnya adalah bentuk tubuh yang ideal.
Meski demikian, ternyata tak semua orang bisa olahraga.
Baca Juga:
Ini Tips Cara Berhenti Merokok dari Berbagai Kalangan
Bukan karena alasan malas ,tapi bisa jadi karena alergi olahraga.
Ini memang tampak seperti Anda mencari alasan untuk tidak berolahraga, tapi kenyataannya jenis alergi ini bukan hanya alasan apalagi mitos, tapi fakta.
Bisakah seseorang alergi olahraga?
Baca Juga:
Ini Perbedaan Antara Kista dan Tumor
Alergi olahraga ini tentunya berbeda dengan alergi keringat pasca olahraga.
Profesor imunologi di Departemen Ilmu Biomedis, Philadelphia College of Osteopathic Medicine, Christopher Scott Little mengatakan, pada beberapa orang olahraga dapat memicu reaksi alergi di mana darah melepaskan histamin.
Sebuah bahan kimia alami yang merupakan bagian dari pertahanan sistem kekebalan tubuh terhadap serangan lingkungan.
Dilansir dari The Healthy, saat histamin bereaksi terhadap rangsangan yang tidak berbahaya, seperti olahraga atau serbuk sari pada pohon, mereka dapat menyebabkan reaksi berlebihan di tubuh Anda.
Reaksi kekebalan yang berlebihan itu menyebabkan gejala alergi, sering kali dalam bentuk ruam yang gatal. Bahkan dalam kasus yang sangat jarang, menyebabkan syok anafilaksis.
1. Biduran
Gejala yang paling umum dialami seseorang saat mengalami alergi olahraga adalah biduran atau gatal-gatal dengan nama ilmiah urtikaria. Biasanya Anda akan mengalami ruam, gatal-gatal, kemerahan, dan hot spot pada kulit.
Biduran juga dapat menyebabkan sakit kepala, kram perut, dan pembengkakan pada lidah atau tangan.
Biasanya ringan dan berhenti dengan sendirinya saat Anda berhenti berolahraga.
2. Anafilaksis
Jenis kedua dari alergi olahraga adalah anafilaksis yang diinduksi oleh olahraga. Meski begitu hal ini dianggap sangat jarang tetapi bisa berakibat fatal.
Dalam kasus ini, Little menjelaskan, histamin memicu reaksi anafilaksis, mirip dengan apa yang dialami beberapa orang dengan sengatan lebah atau selai kacang. Reaksi ini dapat menyebabkan tubuh shock, tenggorokan menutup, dan jantung berhenti.
Siapa yang berisiko mengalami alergi olahraga?
Penelitian yang dilakukan Mayo Clinic pada 1997 menunjukkan bahwa urtikaria akibat olahraga relatif jarang terjadi meskipun pada saat itu, para peneliti melaporkan bahwa kasusnya memang mengalami peningkatan.
Temuan peneliti Mayo Clinic menunjukkan bahwa wanita lebih mungkin mengalami kondisi ini daripada pria, dan setengah dari penderita memiliki riwayat eksim, asma, atau reaksi terhadap alergen di udara.
Mereka mencatat bahwa urtikaria yang disebabkan oleh olahraga paling mungkin terjadi ketika seseorang berolahraga di lingkungan yang sangat hangat, lembab, atau dingin. Mereka juga melaporkan bahwa satu reaksi umumnya berlangsung di bawah 30 menit.
Pada bulan Maret 2022, tim dokter di Florida melaporkan studi kasus yang melibatkan seorang pria Asia berusia 22 tahun mengalami ruam yang meluas saat dia berlari.
Para peneliti menyatakan ilmu pengetahuan masa lalu telah menemukan bahwa "relatif lebih umum" untuk urtikaria akibat olahraga muncul setelah seseorang makan makanan tertentu.
Namun, dalam studi kasus khusus ini, empat jam telah berlalu sejak individu tersebut makan.
Pengobatan
Bagi kebanyakan orang, urtikaria akibat olahraga bisa sembuh dengan sendirinya. Gejalanya sering mereda saat suhu kulit menjadi normal. Tetapi jika tidak, Anda dapat berbicara dengan dokter tentang penggunaan antihistamin yang dijual bebas.
Jika Anda menunjukkan tanda-tanda reaksi anafilaksis, termasuk pembengkakan di tenggorokan atau mulut, ketidakmampuan bernapas, nyeri dada, atau kehilangan kesadaran, maka Anda memerlukan perawatan medis darurat dan harus membawa Epipen.
Hal yang pasti adalah cara terbaik mengobati alergi olahraga adalah dengan mencegah pemicunya.
Anda mungkin bisa mempertimbangkan untuk berolahraga di dalam ruangan di lingkungan yang dikontrol iklim dan mengenakan pakaian yang menjaga kulit dari kepanasan atau kedinginan.[zbr]