Krtnews.id | Executive Director Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Tonny Wagey optimistis geotagging mampu mendongkrak pendapatan wisata Raja Ampat, Papua Barat.
Itu bisa memudahkan pelancong untuk menyaksikan langsung paus biru.
Baca Juga:
Pemerintah Indonesia Tegaskan Upaya Optimalisasi Karbon Biru Langkah Mitigasi Perubahan Iklim
"Kajian geotagging tidak hanya sekadar menghitung populasi hewan, tapi kita juga bisa membaca pola migrasi mereka. Itu bisa dimanfaatkan untuk mendatangkan wisatawan yang ingin melihat hewan paus biru. Wisata itu nilainya jutaan dolar AS," kata Tonny Wagey, Sabtu (26/3/2022).
Ia mengatakan ICCTF bekerja sama dengan Reef Ceck sebagai lembaga monitoring dan edukasi keanekaragaman hayati telah memasang geotagging pada bagian tubuh hewan laut langka dari spesies paus biru dan pari manta di sekitar kawasan Raja Ampat.
Tonny mengatakan geotagging berfungsi sebagai alat pelacak berbasis metadata untuk mengidentifikasi geografis dan terkoneksi dengan perangkat satelit.
Baca Juga:
Diperkirakan Paus Biru Menelan 10 Juta Keping Mikroplastik Setiap Hari
Pelacakan paus biru dapat membantu wisatawan untuk menyaksikan langsung hewan bernama latin Balaenoptera musculus.
Dilansir dari laporan Uni Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources/IUCN) tren populasi paus biru dewasa per 16 Maret 2018 berjumlah 5.000 hingga 15.000 ekor di dunia.
"Kami sudah pasang geotagging pada paus biru di Laut Sawu. Kita pasang di paus biru karena perannya besar dalam menyerap karbon dioksida. Dalam sepekan setelah pemasangan geotagging, dia sudah ada di Australia. Dia lewat dari kutub utara ke kutub selatan," katanya.