Tambangnews.id | Kota Sawahlunto, Sumatera Barat terkenal sebagai tempat ditemukannya lokasi tambang batu bara pertama di Indonesia.
Selain jadi tambang batu bara tertua, Sawahlunto juga disebut sebagai situs tambang batu bara tertua di Asia Tenggara.
Baca Juga:
Belum Lengkap, Berkas Perkara Ismail Bolong Dikembalikan ke Bareskrim
Tepatnya di daerah Ombilin, potensi sumber daya alam batu bara di wilayah ini merupakan salah satu hasil eksplorasi pada masa pemerintahan kolonial Belanda pada abad ke-19.
Sejarah Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto
Melansir laman indonesia.go.id, tambang batu bara Ombilin ditemukan pertama kali oleh Willem Hendrik De Greve seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda pada 1867.
Baca Juga:
Bareskrim Periksa Ismail Bolong, Kuasa Hukum: Soal Izin Tambang Batu Bara
Penemuan ini kemudian dituangkan dalam sebuah laporan ke Batavia berjudul “Het Ombilin-kolenveld in de Padangsche Bovenlanden en het transportstelsel op Sumatra Westkust” yang disusun pada 1871.
Sejak itu, tambang batu bara Ombilin Sawahlunto mulai dieksplorasi diiringi dengan pembangunan infrastruktur pada sekitar tahun 1883 hingga 1894.
Sepeninggal de Greeve eksplorasi tambang batubara di Sumatera Barat dilanjutkan oleh Jacobus Leonardus Cluysenaer dan Daniel David Veth pada tahun 1874.
Laporan Veth berjudul “The Expedition to Central Sumatra”. kemudian mendasari pembangunan jalur kereta api dari lokasi eksploitasi tambang menuju pelabuhan Emmahaven yang kini dikenal sebagai Teluk Bayur.
Sementara berdasar tiga laporan rinci Cluysenaer pada 1875 dan 1878 diketahui adanya penawaran anggaran yang lebih rasional untuk rel kereta yang membelah lembah barat-timur, misalnya, membutuhkan biaya sekitar 24,4 juta gulden.
Pada 1894, jalur rel kereta dari Sawahlunto ke pelabuhan Teluk Bayur telah digunakan untuk mengangkut hasil tambang batu bara sekaligus alat transportasi.
Dari teluk Bayur, batu bara diangkut menggunakan kapal uap SS Sawahlunto dan SS Ombilin-Nederland. Pembangunan fasilitas juga terus lakukan termasuk stasiun kereta api Sawahlunto yang dibangun pada 1918 yang kini menjadi museum kereta api.
Tambang ini dikelola oleh pemerintah kolonial hingga akhirnya pengelolaan berpindah ke PT Bukit Asam Tbk.
Kisah Mbah Suro dan Orang Rantai
Kisah Mbah Suro nama lubang tambang batu bara Ombilin Sawahlunto yang paling terkenal juga terkait dengan sejarah tempat ini.
Mbah Suro adalah sebutan untuk mandor asal Jawa bernama Soerono yang ditugaskan pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi kegiatan para penambang.
Dari beberapa versi cerita yang beredar, Mbah Suro tak hanya pekerja keras, tegas dan taat beragama namun juga disebut memiliki ilmu kebal sehingga sangat disegani.
Versi lain menyebut Mbah suro sering menggunakan cambuk untuk menyiksa anak buahnya. Hal ini juga terkait dengan pembuatan terowongan yang dibuat oleh para pekerja paksa dari berbagai penjara dengan kaki dirantai, sehingga disebut sebagai orang rantai.
Siksaan cambukan dari para mandor dan makanan yang terbatas membuat banyak orang rantai yang meninggal selama masa pengerjaan terowongan tersebut.
Menjadi Situs Warisan Dunia di Indonesia ke-5
Mengutip laman Kemendikbud, tambang batu bara Ombilin telah menjadi bagian dari sejarah dan perkembangan kebudayaan Kota Sawahlunto.
Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto, Sumatera Barat juga telah ditetapkan sebagai salah satu situs warisan dunia pada tahun 2019.
Tambang batu bara Ombilin ditetapkan menjadi situs warisan dunia di Indonesia ke-5 setelah Candi Borobudur dan Prambanan (1991), situs sejarah manusia purba Sangiran di Sragen (1996), dan sistem irigasi persawahan Subak di Bali (2012). [jat]