TambangNews.id | Instruksi Presiden Joko Widodo alias Jokowi soal hilirisasi tambang di Indonesia, termasuk nikel, ditanggapi serius oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto mengatakan, hilirisasi industri diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah.
Baca Juga:
Kalimantan Selatan Tuan Rumah, Ini Arti dan Makna Logo Resmi HPN 2025
Dia pun menganalogikan sistem perekonomian Indonesia tidak lagi mengandalkan sumber daya alam layaknya ekonomi monyet.
"Kenapa? Monyet kan petik langsung dimakan, petik langsung dimakan. Jadi ini saya kira mindset kita berubah. Bagaimana kita menggunakan sumber daya alam yang mentah itu diolah menjadi sesuatu yang nilai tambahnya lebih tinggi," ujarnya dalam Forum Kemitraan Investasi di Hotel Four Season, Jakarta, Rabu (7/12).
Anak buah Luhut ini juga menganalogikan sistem ekonomi yang hanya mengandalkan SDA dalam bentuk mentah layaknya ayam. Yang mana hanya bergantung pada bahan mentah untuk kehidupannya.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
"Kenapa sih ekonomi ayam? Karena ayam itu kalau cari makan dia gali-gali terus. Sama kayak kita. Kita nambang, gali-gali ekspor," ucapnya.
Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk mendorong industri hilirisasi sektor tambang untuk meningkatkan nilai tambah.
Termasuk pengolahan nikel menjadi baterai lithium.
"Kita lihat Oktober ini kontribusi turunan ekspor nikel sdh mencapai USD 28,3 miliar. Jadi, kalau sampai akhir tahun kami estimasikan angkanya mungkin bisa mendekati angka USD 33 miliar, ini sesuatu yang sangat signifikan," ucapnya.(jef)