MAWAKA ID | Beberapa waktu yang lalu telah PT Freeport Indonesia (PTFI) menerbitkan surat utang berjangka atau global bond senilai US$ 3 miliar atau setara Rp 43,05 triliun (asumsi kurs Rp 14.350/US$).
Diklaim, global bond yang diterbitkan perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu laris manis di pasar internasional.
Baca Juga:
Gawat! Sudah Rp 167 T Dana Asing Kabur dari Pasar SBN RI
Melansir dari CNBC Indonesia Presiden Direktur Freeport Indonesia, Tony Wenas membeberkan bahwa global bond yang diterbitkan oleh Freeport Indonesia laku keras di pasar internasional.
"Ini menunjukkan kepercayaan investor asing terhadap PTFI yang merupakan bagian dari Indonesia. Ini salah satu penerbitan bond terbesar di Asia Tenggara untuk beberapa tahun terakhir ini, jadi perlu berbangga hati bahwa kita dipercaya, Indonesia dipercaya," klaim Tony.
Tony membeberkan, ada beberapa investor besar yang tertarik dengan penerbitan global bond tersebut. Hanya saja ia enggan merinci nama-nama investor itu. Ia hanya bilang terdapat tiga investor.
Baca Juga:
Modal Asing Rp 120 T Kabur dari RI Sejak Awal Tahun Ini
Diantara ketiga investor itu ada yang membeli bond Freeport selama tenor lima tahun senilai US$ 750 juta, selama 10 tahun US$ 1,5 miliar dan selama 30 tahun US$ 750 juta.
Seperti yang diketahui, bahwa penerbitan global bond oleh Freeport Indonesia itu untuk mendukung pelaksanaan pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) konsentrat tembaga yang berlokasi di Kawasan Industri JIIPE, Gresik, Jawa Timur.
Tony mengatakan, sampai saat ini progres pembangunan smelter konsentrat tembaga Freport di Gresik sudah mencapai 23% dengan menelan biaya total mencapai US$ 700 juta.
Seperti yang diketahui, investasi total pembangunan smelter yang baru diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada Oktober 2021 itu mencapai US$ 33 miliar.
Untuk tahun ini, Tony Wenas menargetkan pembangunan smelter sudah bisa mencapai 50% atau biayanya setara dengan US$ 1,6 miliar.
"Sampai akhir tahun Freeport Indonesia akan mengeluarkan sekitar Rp 22 triliunan," terang Tony.
Yang terang, kata Tony, pihaknya optimis penyelesaian smelter tersebut bisa sesuai dengan yang ditargetkan atau di tahun 2023. "Kemudian pre commissioning dulu. Yang jelas masih di pemerintah, sekarang ini smelter sudah berproduksi," ungkap Tony. [tum]