MAWAKA ID | Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi meminta masyarakat Mesir untuk memakan daun.
Hal ini terjadi pada saat harga pangan di negara itu mengalami kenaikan yang tinggi serta rencana pemindahan ibu kota keluar dari Kairo.
Baca Juga:
Buyer Mesir Minati Gaharu Indonesia
Melansir laporan Middle East Monitor, Al-Sisi mengatakan bahwa memakan daun ini sama seperti apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW Ia menyebut masyarakat Mesir haruslah bersabar dan tidak mungkin mendapatkan solusi cepat.
"(Saya) tidak khawatir bahwa seseorang akan mengatakan bahwa satu kilo okra berharga 100 pound Mesir karena orang Mesir sadar bahwa para sahabat Nabi terjebak dengan Rasulullah di pinggiran Mekah selama 3 tahun sampai mereka makan daun," ujarnya dalam sebuah pernyataan, Sabtu (21/5/2022)
"Mereka tidak meminta makanan kepada Rasul atau agar bumi meledak dari bawah mereka (dengan kekayaan)."
Baca Juga:
Presiden Mesir Mendesak Mediasi Internasional untuk Gencatan Senjata di Gaza
Pada Maret lalu Mesir beralih ke IMF untuk ketiga kalinya dalam enam tahun untuk mengajukan pinjaman ketika negara itu bergulat dengan korupsi, pandemi virus corona global, dan sekarang perang Rusia di Ukraina dimana kedua negara itu sangat krusial dalam suplai pangan Negeri Piramida itu.
Analis telah memperkirakan bahwa kenaikan lebih lanjut dalam harga bahan bakar dan makanan kemungkinan akan memicu kerusuhan sipil di Mesir di mana sepertiga dari populasi hidup di bawah garis kemiskinan.
Di sisi lain, Al-Sisi sendiri diketahui beberapa kali mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait perekonomian. Ia dikritik telah menghambur-hamburkan uang dengan lebih memfokuskan pemindahan ibukota daripada kesejahteraan negara.
Diketahui, Mesir sedang merancang sebuah ibukota baru yang terletak di 50 km Timur kota Kairo. Pemindahan ibu kota itu disebut-sebut menelan anggaran hingga US$ 45 miliar atau Rp 657 triliun.
Sementara itu, beberapa negara seperti Arab Saudi pun telah menyatakan intensi memberikan bantuan kepada Mesir senilai US$ 15 miliar. Ini disalurkan untuk menolong negara berpenduduk terpadat di Timur Tengah itu yang saat ini terpukul keras oleh rekor harga biji-bijian akibat perang. [tum]