Mawaka.id | Kementerian ESDM menyatakan krisis energi yang melanda sejumlah negara seperti China, India, dan Singapura sejauh ini tidak memberikan dampak yang signifikan kepada Indonesia.
"Dampak krisis energi di berbagai negara ini untungnya saat ini tidak banyak terpengaruh ke Indonesia karena pemerintah dengan sangat cepat merespons kondisi sebelum jauh memburuk," kata Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Sunindyo Suryo di konferensi pers virtual, Selasa (26/10).
Baca Juga:
Tata Kelola Energi Primer Kokoh, PLN Tak Khawatir Ancaman Krisis Energi Global
Sunindyo mengatakan antisipasi ini berupa penerbitan Keputusan Menteri ESDM No.139.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Pemenuhan Kebutuhan Batu Bara Dalam Negeri. Beleid tersebut mengatur soal porsi produksi batu bara yang harus tercapai untuk menutup kebutuhan nasional.
Pemerintah mengatur agar pelaku usaha pertambangan memenuhi porsi kebutuhan nasional sebelum melakukan ekspor. Jika pelaku usaha tidak bisa memenuhi sekitar 25 persen dari rencana produksi yang disetujui Kementerian ESDM, maka akan ada sanksi kepada perusahaan.
Sanksi ini bervariasi, mulai dari larangan ekspor sampai denda administratif kepada perusahaan. Lebih lanjut, pemerintah juga memproyeksikan produksi batu bara nasional mencapai 610 juta ton pada tahun ini.
Baca Juga:
Tata Kelola Energi Primer Kokoh, PLN Tak Khawatir Ancaman Krisis Energi Global
Sementara realisasinya sudah 450 juta ton sampai kuartal III 2021. Jumlah ini setara 72 persen dari target dan dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan sampai tutup tahun.
"Jadi dampak krisis di luar negeri sudah kita antisipasi sesuai rencana pemerintah terhadap pemanfaatan batu bara di dalam negeri," ujarnya.
Sebelumnya, krisis energi yang melanda dunia terjadi karena berbagai hal. Mulai dari tingkat konsumsi batu bara yang meningkat tinggi sejalan dengan pemulihan ekonomi hingga faktor cuaca dan bencana. [gab]