Mawaka.id | Beberapa negara maju yang tergabung dalam Partnership for Global Infrastructure and Investment (PGII) berkomitmen memberikan dana hibah dan pinjaman sebesar US$600 miliar.
Dana tersebut nantinya dapat digunakan negara berkembang dan negara miskin hingga lima tahun ke depan untuk pengembangan infrastruktur.
Baca Juga:
Pemkab Garut Hentikan Kerjasama Pembuangan Sampah Kota Bandung ke TPA Pasir Bajing
Diketahui pertemuan PGII diselenggarakan di sela-sela pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali, November 2022 lalu.
Dalam framework PGII terdapat kerja sama Just Energy Transition Partnership (JETP) guna pengurangan emisi gas buang. Diperkirakan kerja sama ini dapat mengurangi emisi dengan target lebih dari 300 mega ton emisi gas rumah kaca pada 2030, dan lebih dari 2 giga ton pada 2060.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan komitmen negara-negara maju melalui G7 untuk skema JETP sebesar US$ 20 miliar.
Baca Juga:
Maruli Siahaan Hadiri Dua Acara Koleganya di Medan
"Pemerintah Indonesia saat ini dalam tahap persiapan untuk implementasi kesepakatan JETP dengan pemangku kepentingan terkait, antara lain melalui pembentukan struktur kelembagaan internal," ujar dia dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (29/12/2022).
Airlangga juga menyebut bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk sektor energi terbarukan.
"Indonesia memiliki banyak sungai yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan energi terbarukan berbasis hydro, sebagai contoh potensi besar di Sungai Kayan di Kalimantan Utara dan Sungai Mamberamo di Papua, yang membutuhkan dukungan kerja sama dalam pengembangan infrastruktur," ujar dia.
Selain itu, dia disampaikan potensi investasi di bidang ekonomi digital dengan disediakannya beberapa Kawasan Ekonomi Khusus untuk pengembangan ekonomi digital, khususnya di Batam yang akan didorong menjadi pusat bagi kawasan regional ASEAN.
Di sisi lain, Uni Eropa tengah memobilisasi proyek peta jalan investasi Uni Eropa terkait konektivitas skala global yang bertajuk Global Gateway.
Komisioner Uni Eropa Ms. Jutta Urpilainen mengatakan Uni Eropa akan memobilisasi dana sebesar € 300 miliar dalam rangka mempersempit kesenjangan investasi dalam pembangunan infrastruktur global di beberapa kawasan, seperti Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tengah.
"Uni Eropa juga siap bekerja sama untuk sejumlah proyek dengan negara kawasan ASEAN. Tidak terkecuali Indonesia, terutama pada isu perubahan iklim dan transisi energi hijau (energi terbarukan)," ungkap dia.
Adapun kata dia dana yang akan dimobilisasi dan disiapkan untuk kawasan ASEAN sebanyak € 10 miliar.
Diketahui langkah ini ditunjukkan melalui skema pendanaan kerja sama negara anggota Uni Eropa dan institusi pendanaan, seperti European Investment Bank (EIB) yang belum lama ini membuka kantor perwakilannya di Jakarta.
Dalam kesempatan ini, Airlangga dan Urpilainen juga membahas beberapa hal lain, seperti potensi kerja sama energi terbarukan di sektor lainnya dan beberapa capaian Indonesia untuk digitalisasi melalui Kartu Prakerja dan Undang-Undang Cipta Kerja. Masing-masing guna penguatan SDM terampil dan untuk peningkatan iklim investasi di Indonesia.
Sebagai informasi, dalam pertemuan tersebut hadir bersama Airlangga yakni Menteri Perindustrian, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Sekretaris Jenderal Kemenperin, Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Eropa, Afrika dan Timur Tengah Kemenko Perekonomian, dan perwakilan KBRI Brussels. Sementara Komisioner Urpilainen didampingi oleh pejabat terkait pada Komisi Eropa untuk Kemitraan Internasional.(jef)