MAWAKA ID I Biaya Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak dari USD 5,1 miliar menjadi USD 8,6 miliar. Mantan sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu kembali mengkritik proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Kritikan tersebut diberikan Said Didu terkait pernyataan menteri BUMN, Erick Thohir.
Baca Juga:
Kereta Cepat Whoosh Jadi Transportasi Penghubung Piala Dunia U-17 Jakarta-Bandung
Erick Thohir menyebutkan alasan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung diguyur dana dari APBN.
Padahal, rencana sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebutkan jika tidak akan menggunakan dana APBN untuk membiayai proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Diguyurnya proyek kereta cepat dengan dana APBN disebutkan Erick Thohir untuk mencegah pekerjaan tersebut menjadi besi tua karena tidak adanya dana yang mencukupi untuk menyelesaikan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Baca Juga:
Tarif Kereta Cepat Jakarta Bandung Masih Gratis hingga Pertengahan Oktober
Diklaim oleh Erick Thohir, progres kereta cepat Jakarta-Bandung telah dikerjakan sebesar 60 persen ketika ia menjabat sebagai menteri BUMN.
Menurut Erick, jika proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut dihentikan, justru akan membakar uang yang sudah dikeluarkan.
Dilansir Pikiran-Rakyat.com dari akun Twitter milik Said Didu, ia berujar jika proyek kereta cepat Jakarta-Bandung justru akan menjadi museum.
"Kalau diteruskan akan jadi museum kereta api cepat dan tercepat," kata Said Didu.
Proyek kereta cepat mengalami pembengkakan biaya dari yang sebelumnya USD 5,1 miliar menjadi USD 8,6 miliar.
Pembengkakan biaya proyek kereta cepat tersebut diduga menjadi alasan pemerintah memakai dana APBN untuk membiayai keberlangsungan pekerjaan itu. (tum)