WahanaNews-Martabat, Tarutung - Dewan Pimpinan Cabang Serikat Pers Republik Indonesia Kabupaten Tapanuli Utara (DPC SPRI Taput) membentangkan spanduk berisi “Selamat datang Kades/Camat Se-Taput, Atas Studi Tiru yang Digelar di Pulau Jawa Dengan Biaya Yang Fantastis. Semoga Ada Ilmu Yang Dibawa dan Diaplikasikan disetiap Desa. Jangan Ada Dusta Diantara Kita," di Simpang Bandara Silangit Rabu, (19/09/2023).
Spanduk tersebut menjadi coretan pena wartawan yang tergabung di DPC SPRI menyambut kedatangan Kades/Camat Se-Taput yang katanya melakukan studi tiru di Pulau Jawa.
Baca Juga:
DPC SPRI Taput Minta Dinas PMD Ungkap Biaya Total Studi Tiru ke Bandung
“Hal itu kita lakukan untuk menyampaikan kekecewaan terhadap Pemkab Taput, dimana studi tiru yang diduga hanya untuk kepentingan para oknum penguasa dan diduga kuat untuk berbagi kue lezat dan legit,” ucap Lamhot Ketua DPC SPRI Taput.
Ketika rencana keberangkatan studi tiru tersebut terdengar, banyak sindiran miring yang keluar dari masyarakat. Ada yang menyebut studi tiru/bimtek yang selama ini dilakukan nyaris tidak ada gunanya, ada yang mengatakan kegiatan tersebut hanya buang-buang anggaran, ada pula yang lebih miris mengatakan itu sama sekali tidak menambah ilmu bagi yang mengikuti.
Atas tanggapan masyarakat tersebut, para pihak pemangku kepentingan sudah dilakukan komfirmasi lewat digital.
Baca Juga:
Keberangkatan Studi Tiru Kades Se-Taput ke Jawa Diduga Hamburkan Dana Desa
Sampai berita diturunkan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Tapanuli Utara Donni Simamora dan Kepala Bidang PMD memilih bungkam tanpa memberikan informasi.
"Wajar kita menduga ada yang kurang terencana dalam studi tiru tersebut, karena bimtek terhadap perangkat dan kepala desa dilakukan dengan jor-joran, ini kan perlu dipertanyakan ada apa?” pungkas Kabid DPC SPRI Taput, Edward Hutapea.
Studi tiru kali ini sangat beda dari sebelumnya, jika tidak salah ini baru pertama kalinya Pemkab Taput menamai kegiatan ini sebagai studi Tiru.
“Pertanyaannya apakah ini ada dalam aturan perundang-undangan? atau jangan-jangan ini hanya modus,” kata ketua DPC SPRI Taput Lamhot.
Dengan iabya Rp3 Miliar lebih dihitung dari jumlah Desa di kabupaten Tapanuli Utara, sudah selayaknya banyak ilmu yang didapat dalam kegiatan kali ini agar bermanfaat bagi masyarakat Taput dan ilmu yang dibawa dengan biaya mahal agar sebanding dengan yang didapatkan.
“Tetapi jika sebaliknya para kades sama sekali tidak ada tambah ilmu, kami kira ini mubajir, dan perlu dilakukan evaluasi,” Tutur Lamhot.
Di waktu berbeda, Dinas Komimfo Taput mengaku tidak ada liputan khusus untuk kegiatan Studi Tiru ini melalui Kabid Volmer Silalahi.
"Iya kita tidak ada liputan untuk kegiatan ini, karena tidak ada yang mendampingi dari kita kesana,” ucap Volmer.
Demikian Juga Sekda Taput, Indra Simaremare, ketika media ini meminta pendapat terkait komfirmasi ke Dinas PMD yang tidak di gubris.
Sekda tidak memberikan jawaban dan memilih bungkam, padahal saran dan pendapat dari Sekda sangat dibutuhkan untuk keberimbangan pemberitaan dan terlebih informasi berita untuk masyarakat Taput.
Camat Siborongborong Lamour Situmorang saat dikonfirmasi lewat WhastApp terkait keberangkatan kee Pulau Jawa dengan biaya yang fantastis juga memilih bungkam.
[Redaktur: Alpredo Gultom]