Martabat Net I Munculnya varian baru B.1.1. 529 membuat banyak negara ketar-ketir dan menutup percataban. Langkah ketat juga diyakini dilakukan China.
Ramalan 'malapetaka' baru bagi ekonomi global kini hadir lagi. Hal ini merujuk ke situasi China degan kemunculan virus corona Omicron.
Baca Juga:
Kasus Meningkat, Pasien Positif Covid-19 Tembus 438
Para analis mengatakan China dapat kembali memperketat aturan nol-Covid mereka saat ini. Ini tentu dapat mendatangkan 'malapetaka' di pasar global.
"Penyebaran varian yang sangat mudah menular pada akhirnya dapat membuat strategi tidak dapat dipertahankan. Tetapi dalam jangka pendek, pihak berwenang lebih cenderung berlipat ganda," kata Mark Williams, kepala ekonom Asia di Capital Economics, dalam sebuah catatan pekan lalu, dikutip dari CNBC International, dikutip Selasa (30/11/2021).
"Lockdown lokal secara berulang akan terus memukul aktivitas secara langsung, sementara kekhawatiran ditandai sebagai kontak dekat akan membuat banyak orang tetap di rumah," tambahnya.
Baca Juga:
98% Kasus Omicron Indonesia dari WNI yang Baru Pulang
Strategi nol-Covid China sendiri melibatkan penguncian massal, meski hanya satu atau beberapa kasus yang terdeteksi. Ini juga mencakup pengujian ekstensif, perbatasan yang sangat terkontrol atau tertutup, serta sistem pelacakan kontak yang kuat dan mandat karantina.
Negara adidaya itu juga telah menerapkan pemeriksaan ketat di pelabuhannya, termasuk memantau kapal dan kargo, untuk mencegah kasus masuk ke negara itu. Dengan varian baru, kemungkinan pengetatan tindakan akan memukul kapasitas eksportir.
"Untuk eksportir, kontrol ketat terhadap kru udara dan pengiriman serta kemungkinan penutupan pelabuhan akan membatasi kapasitas mereka untuk memenuhi pesanan," kata Williams.Direktur pelaksana di perusahaan investasi yang berbasis di Hong Kong Nan Fung Trinity, Helen Zhu, menggemakan sentimen serupa tentang tanggapan China.
"Jika Omicron ternyata menjadi ancaman besar, saya pikir China pasti akan terus memperpanjang periode isolasi," katanya.
Dalam sebuah laporan Senin, Morgan Stanley mengatakan strain Omicron baru dapat menyebabkan penundaan lebih lanjut untuk pembukaan kembali. Tidak hanya di China, tetapi juga di Hong Kong dan Taiwan.
"Ekonomi ini sebagian besar telah mempertahankan strategi nol Covid. Dengan munculnya varian baru ini, dampak ekonomi jangka pendek kemungkinan akan terbatas - tetapi ini berarti setiap upaya pembukaan kembali kemungkinan akan didorong lebih jauh, menunda rebound yang lebih kuat dalam pertumbuhan konsumsi," tulis para ekonom bank.
China sebelumnya telah terjebak dengan strategi nol-Covid, bahkan saat banyak negara mulai berdamai dengan virus ini dan mencabut beberapa pembatasan. Negara-negara pada awalnya mengambil pendekatan agresif melalui penguncian massal dan pembatasan sosial yang ketat, tetapi mereka secara bertahap meninggalkan strategi itu karena varian delta menyebar dengan cepat, sehingga penguncian menjadi kurang efektif.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi memasukan varian baru B.1.1.529 atau omicron menjadi variant of concern atau VOC (varian yang mengkhawatirkan). Omicron yang pertama kali dilaporkan di Afrika Selatan (Afsel) memiliki banyak strain atau mutasi dibandingkan varian Alpha, Beta dan Delta. (tum)