Martabat.WahanaNews.co | Laut Galilea atau Danau Galilea merupakan danau yang menopang kehidupan masyarakat Israel selama ribuan tahun.
Namun, kini danau tersebut menghadapi masa depan yang suram. Krisis iklim menyebabkan fluktuasi yang signifikan pada permukaan air danau. Diprediksi, permukaan air danau akan menyurut parah pada lima tahun ke depan.
Baca Juga:
Potensi Pendapatan Negara dari Ekspor Pasir Laut Capai Rp2,5 Triliun: Analisis Awal dan Tantangan Regulasi
Melansir CNN, untuk mengatasinya, Israel akan memompa air dari Laut Mediterania untuk 'mengisi ulang' Danau Galilea. Sebelum dialirkan ke danau, air akan terlebih dahulu disaring dan diambil kandungan garamnya.
Israel sendiri telah dikenal dengan kemampuannya dalam desalinasi. Sebagai negara yang rawan air, selama lebih dari dua dekade, Israel telah mengambil air dari Laut Mediterania dan mengolahnya melalui proses osmosis reverse. Nama terakhir merupakan proses mengeluarkan garam dari air laut untuk membuatnya dapat diminum.
Namun, bukan berarti solusi itu tanpa masalah. Proses ini cenderung menggunakan gas alam, bahan bakar fosil yang berkontribusi terhadap krisis iklim. Hal ini akan memperburuk cuaca ekstrem yang menyebabkan permukaan air danau semakin berfluktuasi.
Baca Juga:
Pakar Ungkap Gegera Sampah Plastik Cemari Laut RI, Negara Rugi Rp225 Triliun per Tahun
Dalam proyek teranyar ini, pipa air selebal 1,6 meter akan membentang sepanjang 31 kilometer. Pipa ini akan mengalirkan air untuk kemudian mengisi Danau Galilela.
Noam Ben Shoa, kepala insinyur perusahaan air nasional Israel, Mekorot, awalnya mengaku bingung dengan ide proyek tersebut. "Tapi, kami segera memahami nilainya bagi pasar nasional," ujarnya.
Cara ini juga disebut dapat membantu pengembangan pertanian di wilayah yang lebih luas.
Dalam beberapa bulan ke depan, pipa baru senilai US$264 juta ini diharapkan mulai berfungsi. Pipa diharapkan mampu memindahkan 120 juta meter persegi air per tahun.
"Tapi, pipa hanya akan memompa air ke danau bila diperlukan," ujar Ben Shoa. [tum]