Jurnalmaritim.id | Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan rendahnya literasi akan kekayaan maritim Indonesia menjadi penghambat pembangunan kawasan lautan. Saat ini, pemerintah tengah menghitung kontribusi dari hasil maritim RI untuk menjadi acuan pembangunan.
"Rendahnya literasi maritim menjadi penghambat utama laju pembangunan maritim. Kita harus dukung gerakan literasi maritim untuk membangkitkan lagi kesadaran kolektif pentingnya pembangunan kemaritiman dan jati diri sebagai bangsa bahari," kata Luhut dalam Puncak Hari Maritim nasional 2022, dikutip Sabtu (1/10/22).
Baca Juga:
Luhut Bongkar Strategi Penting Pemerintah Hadapi Pandemi di Hadapan Kabinet Merah Putih
Dari hasil kajian sementara perhitungan PDB ekonomi maritim yang dilakukan BRIN dan Kemenko Marves, estimasi nilai ekonominya tahun 2020 mencapai RP 1.212 triliun atau 11,31% dari PDB nasional sebesar Rp 10.722 triliun. Nilai ini turun Rp 19 triliun dari 2019 yang mencapai Rp 1.231 triliun, disebabkan dampak pandemi Covid-19.
Menurut Luhut, jika tidak dioptimalkan, RI terancam kehilangan potensi yang tidak kecil.
"Meski nilainya turun tapi kontribusinya naik menjadi 11,25% di 2019 menjadi 11,3% di 2020. Ini menjadi indikasi kemaritiman cukup kuat menghadapi krisis global seperti Covid kemarin," katanya.
Baca Juga:
Penasaran? Simak, Ini Tugas Dewan Ekonomi Nasional yang Dipimpin Luhut
Luhut menjelaskan kegiatan kemaritiman dan ekonomi maritim tidak hanya terjadi di laut, sehingga berdasarkan kajian terbaru pola pikir harus diubah.
Luhut mengungkapkan kajian hitungan kontribusi ekonomi maritim berbasis ekonomi maritim baru dan ocean account yang berkembang di dunia masih berlangsung dan diharapkan selesai dalam waktu dekat. [jat]