Jurnalmaritim.id | Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) mempunyai alat utama sistem senjata (alutsista) kapal perang KRI John Lie-358.
KRI John Lie mulai menjadi bagian dari TNI AL sejak 2014, bersama KRI Bung Tomo-357 dan KRI Usman Harun-359.
Baca Juga:
Diam-diam Bela Iran, Rusia Kerahkan Kapal dengan Rudal Supersonik
Nama KRI John Lie diambil dari nama seorang perwira tinggi TNI AL dari etnis Tionghoa bernama Laksamana Muda TNI (Purn) Jahja Daniel Dharma atau John Lie.
John Lie yang lahir di Manado, Sulawesi Utara pada 9 Maret 1911, juga dianugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia.
Lantas, seperti apa spesifikasi KRI John Lie-358?
Baca Juga:
TNI Kerahkan Kapal Perang Bikin Kocar-Kacir Pasukan Musuh
Spesifikasi KRI John Lie-358
Dilansir dari laman resmi TNI, KRI John Lie merupakan kapal perang jenis Multi Role Light Frigate (MRLF).
KRI John Lie diproduksi oleh BAE System Maritme Naval Ship Inggris yang kemudian dibeli oleh pemerintah Indonesia.
Untuk spesifikasinya, KRI John Lie mempunyai berat 1.940 ton dengan panjang keseluruhan 95 meter, dan lebar 12,8 meter.
Kapal perang KRI John Lie memiliki empat mesin Man B&W ruston diesel engine yang dapat menyemburkan tenaga hingga kecepatan mencapai 30 knot dengan daya jelajah 9.000 kilometer.
Dari segi persenjataan, KRI John Lie dilengkapi dengan Meriam Oto Melara 76 mm, dua meriam MSI Defence DS 30 B REMSIG 30 mm, dan peluncur triple BAE System kaliber 324 mm untuk perang atas air.
Selain itu, KRI John Lie memiliki 16 tabung peluncur peluru kendali permukaan ke udara VLS MBDA VLS Mica (BAE System) serta dua tabung peluru kendali MBDA (Aerospatiale) MM-40 Block II Exocet.
Terdapat pula Radamec 2500 yang merupakan perangkat sensor elektro optic weapon director.
Awalnya kapal perang pesanan Brunei Darussalam
kapal perang yang kemudian dinamai KRI John Lie, sejatinya dibuat BAE Systems Marine untuk Angkatan Laut Kesultanan Brunei Darussalam.
Namun, Brunei Darussalam tidak pernah mengoperasikan kapal perang kelas corvette offshore patrol alias korvet patroli lepas pantai itu.
Versi Brunei Darussalam, mereka tidak memiliki pengawak untuk kapal perang tersebut.
Kontrak kepada BAE System Maritime-Naval Ships, Inggris, dimulai sejak 1995.
Dalam perjalanan kemudian, Brunei Darussalam memutuskan tidak mau menerima kapal baru pesanannya padahal sudah dibayarkan lunas.
Kapal perang yang awalnya diberi nama KDB Ragam Nakhoda Ragam ini rencananya diserahterimakan dari galangan kapal di Inggris kepada Angkatan Laut Kesultanan Brunei Darussalam pada Juni 2007.
Brunei Darussalam akhirnya memutuskan memesan lagi kapal perang baru pengganti untuk kelas ini.
Di sinilah kemudian Indonesia hadir dan tertarik mengakuisisi kapal yang sama sekali baru namun batal diterima pemesannya itu.
Sebagai informasi, bukan hanya KRI John Lie, dua kapal perang lainnya, KRI Bung Tomo-357 dan KRI Usman Harun-359, juga merupakan kapal perang pesanan Brunei Darussalam yang batal diterima.
Ketiga kapal itu tidak pernah dioperasikan mereka. Tiap kapal memerlukan 79 personel termasuk sang komandan kapal.
Teknologi pada KRI John Lie
Dilansir dari Naval Technology, KRI John Lie dikembangkan pertama kali pada 1995 dan resmi diluncurkan pada 2001.
KRI John Lie adalah salah satu varian baru dari keluarga F2000.
Otomatisasi tingkat tinggi di kapal memungkinkan pengoperasian KRI John Lie oleh 79 awak. Akomodasi disediakan untuk awak dan 24 personel tambahan jika diperlukan.
KRI John Lie dilengkapi dengan komando Nautis II dan sistem kendali senjata yang dipasok oleh Alenia Marconi Systems, sekarang BAE Systems Insyte.
Nautis II memiliki konsol multifungsi untuk mendukung pertempuran udara, permukaan, dan kapal selam.
Data diunduh dari sensor kapal dan sistem persenjataan untuk memberikan tampilan situasi zona pertempuran atau area operasional, serta fungsi navigasi, pelacakan target, alokasi senjata dan ancaman, serta kontrol senjata.
Sistem perintah dan kontrol juga dapat beroperasi dalam mode pelatihan untuk memberikan skenario simulasi dan keterlibatan yang realistis.
KRI John Lie memiliki dek penerbangan sekitar 285 meter persegi, memiliki satu tempat pendaratan untuk helikopter ukuran sedang, seperti S-70B Seahawk.
Kapal perang jenis itu tidak menyediakan fasilitas hanggar.
Teknologi lain yang tersedia pada KRI John Lie adalah Thales Sensors Cutlass 242, radar pengacau Scorpion, sistem senjata elektro-optik Radamec 2.500, sonar Thales Underwater Systems TMS 4130C1 frekuensi menengah, hingga TV dan pencitraan termal untuk pengendali tembakan. [jat]