Jurnalmaritim.id | Komando Pasukan Katak (Kopaska) yakni pasukan khusus dari TNI Angkatan Laut. Kopaska didirikan pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Soekarno.
Tidak sembarang orang yang bisa masuk ke dalam jajaran pasukan elite TNI AL ini. Pendidikan yang berat serta gembln yang hebat hanya untuk manusia terpilih dengan mental serta fisik sekuat baja.
Baca Juga:
PWI Papua Barat Daya Minta Ketua FJPI PBD Ralat Kalimat "Wartawan Hadiri Undangan Lantamal XIV Tidak Tau Persoalan dan Tidak Bikin Berita Awal"
Saat ini, Kopaska terbagi menjadi tiga Komando yakni, Satuan Komando Pasukan Katak Armada I di Pondok Dayung, Jakarta Utara; Satuan Komando Pasukan Katak Armada II di Surabaya; dan Satuan Komando Pasukan Katak Armada III di Sorong.
Tugas utama dari pasukan ini adalah peledakan/demolisi bawah air termasuk sabotase/penyerangan rahasia kekapal lawan dan sabotase pangkalan musuh, torpedo berjiwa (kamikaze), penghancuran instalasi bawah air, pengintaian, mempersiapkan pantai pendaratan untuk operasi amfibi yang lebih besar serta antiteror di laut/maritime counter terorism.
Namun, seperti apa latihan untuk bisa menjadi anggota Kopaska? Dilansir dari beberapa sumber, anggota Kopaska TNI AL ini dipilih dari orang-orang terbaik dari TNI AL, mereka juga harus sudah pernah bertugas di kapal TNI AL minimal dua tahun.
Baca Juga:
Silaturahmi dengan Wartawan, Ini Kata Danlantamal XIV Sorong
Pendidikan Kopaska diawali dengan latihan fisik yang luar biasa. Ini dilakukan agar para prajurit bisa menyelam dan melakukan pertempuran di bawah air.
Fase latihan pertama selama 1,5 bulan diakhiri dengan hell week. Latihan ini sangat menguras pikiran dan tenaga karena para siswa baik Perwira, Bintara dan Tamtama digojlok tanpa pandang pangkat sesuai standar pasukan khusus.
Saat Hell Week, setiap calon anggota Kopaska tak akan pernah diberi tahu kapan rangkaian hell week akan dimulai. Bisa saja tiba-tiba saat mereka belajar di kelas, atau saat tidur terlelap.
Calon anggota selalu dikagetkan dengan kegiatan tiba-tiba tak terduka seperti berenang laut saat malam, senam perahu karet dan dayung.
Para siswa kadang hanya tidur sebentar lantas 10 menit kemudian sudah disuruh melakukan halang rintang, push up dan pull up atau latihan fisik dari instruktur.
Tujuannya, agar seseorang bisa berpikir 10 kali lipat dalam keadaan terdesak, dan dalam tekanan fisik dan mental. Tantangan adalah bagaimana caranya bisa berpikir seperti itu secara sadar dan tidak gegabah.
Salah satu ujian yang cukup keras yaitu dilepas di tengah laut. Para calon anggota Kopaska ini akan dilepas ke tengah laut tanpa dibekali tabung oksigen. Mereka harus berenang hingga mencapai pinggir pantai.
Calon anggota Kopaska juga mendapat ground training yang meliput mengenal parasut, melipat dan memperbaiki, cara pendaratan yang benar dan latihan loncat dari menara 34 kaki.
Tak hanya itu, mereka juga akan dilatih melompat dari atas menara dengan ketinggian 250 kaki. Setiap pekan akan dilatih tiga kali terjung tanpa perlengkapan dan dua kali terjun dengan perlengkapan tempur.
Calon anggota Pasukan Katak juga mendapat keahlian terjun laut dengan perlengkapan khusus baik dari pesawat dan heli yang dinamai water jump.
Tahap berikutnya adalah sabotase, kontra sabotase dan intelijen tempur. Materi yang menekankan pada konsep blue jeans soldier ini dilakukan selama 2 bulan sebagai lanjutan materi serupa yang telah mereka terima pada tahap Komando.
Mereka harus bisa mendata, mencari tahu berapa komposisi jumlah musuh, kapan saat lengah, demografi, menggalang simpatisan, dan waktu yang tepat untuk operasi penyerbuan/penyergapan, dan yang pasti tanpa diketahui musuh.
Tahap terakhir dari pendidikan Kopaska adalah pendidikan penghancuran bawah air Underwater Demolition Team (UDT). Inilah keahlian khusus serta ciri khas pasukan katak di seluruh dunia.
Teknik menjinakkan ranjau, patroli pantai, renang rintis, penyelaman laut dalam, selam dengan Scuba Close Circuit, sabotase kapal musuh dengan torpedo berjiwa, dan penyerbuan dalam laut dipelajari di sini.
Karena pendidikan ini adalah bagian akhir dari pendidikan madya brevet paska, pelatih mengadakan latihan berganda yang mencakup keseluruhan materi yang pernah diberikan. [jat]