Jurnalmaritim.id | Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7. Dikenal sebagai kerajaan maritim terbesar di Nusantara.
Kerajaan Sriwijaya juga termasuk salah satu kerajaan bercorak Buddha dan menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Baca Juga:
Yin-Yang konsep dalam filosofi Tionghoa yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan Sifat Kekuatan
Dalam buku Strategi dan Pertahanan Maritim Nusantara: Maritim Nusantara (2018) oleh Dickry Rizanny Nurdiansyah, sejak berdirinya di abad ke-7, Kerajaan Sriwijaya sudah aktif melakukan perdagangan.
Para saudagar China melakukan transaksi perdagangan dengan Kerajaan Sriwijaya.
Kedatangan pendeta Buddha dari China melambungkan ketenaran Kerajaan Sriwijaya sebagai kota dagang terbesar di Nusantara.
Baca Juga:
Menteri BUMN Apresiasi Gerak Cepat PLN Hadirkan Energi Bersih di IKN
Sebagai kerajaan maritim berpengaruh, Kerajaan Sriwijaya meluaskan ekspansi kekuasaannya dengan menaklukkan Laut Jawa, Indonesia Timur, dan beberapa daerah di Nusantara.
Hal ini membuat Kerajaan Sriwijaya terus berkembang, terlebih dari segi ekonomi. Dengan perkembang secara pesat, masyarakat di Kerajaan Swirijaya memperoleh pendidikan yang layak.
Menjalin hubungan luar negeri
Tak hanya dengan pedagang China, Kerajaan Sriwijaya juga menjalin kerja sama dengan India, Burma, Melayu Kalimantan, Siam, Kamboja, Filipina, Persia, Arab, atau Afrika.
Dengan angkatan lautnya yang besar dan kuat, jalur-jalur utama kegiatan pelayaran dan perdagangan dikontrol secara ketat. Sehingga kapal-kapal yang masuk dipaksa berlabuh di Bandar Sriwijaya.
Dengan penguasaannya jalur pelayaran penting membuat Kerajaan Sriwijaya menjadi satu-satunya kerajaan maritim terbesar di Asia Tenggara.
Banyak kapal-kapal dagang dari berbagai negara yang berlabuh membawa keuntungan tidak sedikit bagi Kerajaan Sriwijaya.
Letak yang strategis
Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar di Nusantara dengan wilayah kekuasaannya hingga ke Mancanegara.
Dilansir situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kerajaan Sriwijaya terletak di daerah lintasan pelayaran dan perdagangan antara Asia Timur, Asia Selatan.
Menurut para ahli Kerajaan Sriwijaya terletak ditepi Sungai Musi, Palembang. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim dengan letak yang strategis.
Ini mendorong para pedagang untuk melakukan kegiatan perdagangan.
Kerajaan Sriwijaya juga menguasai dua perairan laut penting dalam perdagangan Nusantara, yakni Selat Malaka dan Selat Sunda.
Dengan kondisi itu membuat Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara.
Untuk melindungi dan menjaga jalur perdagangan laut, Kerajaan Sriwijaya menyusun kekuatan angkatan laut.
Itu membuat aman oleh para kapal dagang dan mendorong semakin banyak pedagang singgah ke Sriwijaya.
Pusat agama Buddha
Selain sebagai kerajaan maritim terbesar dengan jalur perdagangan yang strategis, Kerajaan Sriwijaya juga menjadi pusat ilmu dan agama Buddha di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Di mana agama Buddha Mahayana berkembang cukup pesat di tengah masyaraktnya.
Kondisi pendidikan dan agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya diperoleh dari seorang pendeta Buddha China bernama I-Tsung.
Pada 672, ia akan pergi ke India dan singgag di Sriwijaya. Ia mengatakan bahwa Kerajaan Sriwijaya merupakam pusat ilmu dan agama Buddha.
Sekembalinya dari India, I-Tsung tidak langsung pulang ke China tapi singgah di Sriwijaya.
Di sana, ia mempelajari dan menterjemahkan kitab-kitab ajaran agama Buddha dari bahasa Sansekerta ke bahasa China.
Bahkan sekitar ribuan pendeta datang dan berkumpul di Sriwijaya untuk membahas tentang agama Buddha. [jat]