Jurnalmaritim.id | Desain kapal VLCC berbahan bakar ammonia yang dikembangkan tiga institusi China baru saja (November 2021) memperoleh approval in principle (AIP) dari dua badan klas terkemuka, yaitu China Classification Society (CCS) dan American Bureau of Shipping (ABS).
Mengutip Splash.com, tiga institusi yang bekerjasama di atas adalah China’s Marine Design and Research Institute (MARIC), Cosco Shipping Heavy Industry (CSHI) dan Cosco Shipping Energy Transportation (CSET).
Baca Juga:
KPK Ungkap Soal Kasus PT Jembatan Nusantara dan ASDP yang Rugikan Negara
Desain VLCC tersebut bertonase 310,000 dwt, mesin utamanya buatan MAN, dan dua tanki type C dengan kapasitas masing-masing 6000 cubic meter. Pihak COSCO menyebutkan, kapal didesain mampu berlayar pulang pergi China – Timur Tengah.
Persetujuan ini membawa China masuk dalam perlombaan pembuatan kapal berbahan bakar ammonia, menyusul Korea Selatan dan Jepang.
Galangan kapal di Korea Selatan sudah lebih maju mengembangkan kapal berbahan bakar ammonia. Mengutip Maritime-executive.com, pada September 2021, Hyundai Heavy Industries (HHI) memperoleh AIP dari Bureau Veritas (BV), badan klas asal Prancis, untuk desain Ammonia Carrier. Samsung Heavy Industries (SHI) memperoleh persetujuan dari Lloyd’s Register untuk desain tanker dan dari DNV untuk desain VLCC. Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering dan MAN Energy Solutions memperoleh persetujuan untuk desain kapal kontainer kapasitas 23.000 TEU.
Baca Juga:
Meriahnya Perayaan Hari Jadi Kabupaten Labura ke-16: Penghargaan, Perlombaan, dan Bantuan Sosial!
Jepang juga agresif. Pada akhir tahun 2020, Pemerintah Jepang mengumumkan dukungan penuh penggunaan ammonia sebagai alternatif LNG. Targetnya, kapal-kapal Jepang mengkonsumsi 30 juta ammonia pertahun di tahun 2050. Pihak swasta Jepang yang terlibat adalah Kawasaki Kisen Kaisha (K Line), NS United Kauin Kaisha, Itochu Corporation, Nihon Shipyard and Mitsui E&S Machinery, Mitsui OSK Lines (MOL), Namura Shipbuilding and Mitsubishi Shipbuilding.
Ammonia (NH3) cair (-33 C, 8.5 Bar) adalah bahan bakar yang tidak menghasilkan emisi karbon. Permintaan kapal berbahan bakar ammonia diprediksi meningkat menjelang tahun 2030, saat program jangka pendek decarbonization yang diinisiasi IMO akan berakhir. [jat]