Jurnalmaritim.id | Direktur Strategi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, Prasetyo, menyebutkan lima hal utama yang menyebabkan biaya logistik di Indonesia masih cukup tinggi ketimbang negara-negara tetangga.
Prasetyo menjelaskan biaya logistik di Indonesia cukup tinggi, yakni 23 persen dari gross domestic product (GDP) atau produk domestik bruto (PDB). Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura, Malaysia, bahkan Vietnam, Indonesia masih kalah bersaing.
Baca Juga:
Pelindo Jelaskan Tantangan Pengembangan Terminal Penumpang Pelabuhan Sampit
"Padahal dari 23 persen itu komposisi dari sisi lautnya ini sekitar 2,8 persen saja. Yang lainnya ini dibagi menjadi beberapa peran yaitu darat dan utamanya di inventory dan beberapa bagian lain," ucap Sabtu, 20 November 2021.
Berdasarkan peta masalah yang disusun Pelindo, kata Prasetyo, lima isu utama telah membuat biaya logistik Indonesia tinggi.
Pertama, adalah regulasi dari pemerintah terutama dalam hal ekosistem atau pelayanan logistik.
Baca Juga:
Pelindo-Indomaret Berkolaborasi Sediakan 400 Tiket Gratis Bagi Pemudik
Kedua, efisiensi value chain darat karena keterbatasan infrastruktur dan kurangnya konektivitas antara darat dengan pelabuhan. "Sebagai contoh dengan pengembangan jalur infrastruktur darat di Pulau Jawa atau trans Jawa ini tentunya merubah peta logistik yang ada," ujar Prasetyo.
Ketiga, terkait dengan efisiensi value chain maritim yang masih belum optimal. Misalnya pelayaran yang masih menggunakan kapal-kapal kecil untuk mengangkut logistik ke Indonesia Timur.
Keempat, dan yang merupakan peran Pelindo, adalah menyangkut kinerja operasi dan pengembangan atau optimalisasi kapasitas dari infrastruktur pelabuhan. Prasetyo berharap dengan merger Pelindo I,II,III, dan IV menjadi Pelindo, biaya logistik ini bisa dioptimalkan seiring dengan meningkatnya kinerja Pelindo.
"Kita bisa melakukan efisiensi dalam beberapa strategi kita dalam melakukan peningkatan kapasitas. Kita juga melakukan standarisasi SDM, kemudian juga kita juga lebih efisien dalam hal capex-nya dalam berinvestasi," ucapnya.
Kelima atau terakhir adalah supply and demand yang tidak seimbang karena masih terpusat di Pulau Jawa. Saat ini, masih banyak supply dari Jawa ke daerah-daerah, sementara saat akan kembali peti kemas dari daerah-daerah tersebut cenderung kosong.
"Inilah lima isu utama yang kita pelajari kenapa biaya logistik ini cukup tinggi di Indonesia," tutur Prasetyo. [jat]