Benteng itu, kata dia, menutup seluruh wilayah kota dari daerah luar sekelilingnya dan dilengkapi oleh enam pintu masuk menuju kota, di antaranya Nieuwpoort (pintu besar) di bagian selatan tempat ditemukannya sisa tembok kota.
"(Mengairi) hanya penduduk dalam benteng," ujarnya.
Baca Juga:
Ditolak Warga, Proyek Saluran Uditch Menteng Diduga Dikerjakan Asal Jadi
"Estimasinya orang Eropa di situ sekitar 3 ribuan, tapi lebih banyak ke budaknya. (Misal) satu keluarga punya budak 10 orang. Kalau satu keluarga 6 orang dengan budak minimal 10 orang, jadi kalau dikata 3 ribu, harus ditotal 3 kali lipat. bisa 9-10 ribu. Semua butuh air, nyuci semua, mandi semua, masak semua. Saluran ini digunakan untu supply air bersih," tambahnya.
Kemudian, Saluran Air Kuno Batavia itu ditemukan saat pembukaan tanah di sepanjang Jalan pintu Besar Selatan yang merupakan lokasi proyek Stasiun MRT Kota. Junus menjelaskan, pemindahan pipa air mesti dilakukan dengan cara dibongkar satu per satu (dismantling).
"Nggak bisa pakai beko atau katrol. Begitu diangkat akan ambruk, rusak semua. Oleh karena itu sampaikan MRT kalau metode itu (angkat pakai alat berat) tidak tepat, yang tepat adalah dismantling,tapi makan waktu. Kita copot bata satu per satu, pipa kita copot satu per satu. kecuali bagian krusial yang akan kita angka secara utuh," terangnya.
Baca Juga:
Dedi Arif Darsono Belum Kroscek Proyek Siluman Gardu Asem
Proses dismantling ini setidaknya memakan waktu sekitar 6 bulan. Ketika pipa air berhasil diangkat satu persatu, maka pengerjaan stasiun bisa dimulai.
"Kalau membongkar ini nggak bisa dihindari karena harus terbangun stasiun. Dan MRT berikan keleluasaan menghimpun data sebanyak mungkin, maka kita lakukan step by step," tandasnya.
Sebagaimana diketahui, Saluran Air Kuno Batavia beserta Jembatan Glodok Kuno ditemukan di lokasi proyek MRT Jakarta fase 2A Glodok-Kota. Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim menjelaskan lokasi penemuan dua objek cagar budaya itu berdekatan dengan rel trem jadul yang sebelumnya ditemukan.