Forjasida.id | Saluran Air Kuno Batavia peninggalan zaman VOC ditemukan di lokasi proyek MRT Jakarta fase 2A Glodok-Kota. Ternyata, saluran air sepanjang 400 meter itu dibangun oleh VOC dan digunakan untuk menyalurkan air bersih kepada penduduk Benteng Dalam yang kini merupakan kawasan Kota Tua.
Tim Arkeolog dari kontraktor MRT Jakarta, Junus Satrio Atmodjo menjelaskan, saluran air ini ditemukan sekitar 1,5 meter dari permukaan tanah. Jalur pipanisasi itu dulunya membentang dari persimpangan Glodok dekat Orion Plaza hingga kawasan Pasar Ikan.
Baca Juga:
Ditolak Warga, Proyek Saluran Uditch Menteng Diduga Dikerjakan Asal Jadi
"Ini Orion Plaza, dulunya tempat penyaringan air. bangunan seng ini dulunya adalah benteng kecil. Ini sempat jadi penjara, M Hatta pernah dipenjara di sini tahun 40-an. Tapi kemudian diputuskan dijual maka jadilah Orion Plaza. Ini adalah cikal bakal air masuk menuju ke dalam Kota Batavia mulai dari sini," kata Junus saat meninjau Proyek MRT Jakarta Fase 2A Glodok-Kota, Selasa (20/9/2022).
Pembangunan saluran air yang terbuat dari terakota ini direncanakan sejak tahun 1730. Akan tetapi, pipa air itu baru bisa berfungsi pada tahun 1800 an.
Saat itu, upaya antisipasi lingkungan kota yang kotor dilakukan VOC dengan memasok air bersih dari arah selatan, di mana ujung pipa atau waterleiding bermula di daerah Pancoran di sebuah tempat bernama Waterplaats (kolam air). Kemudian, berakhir sekitar Pasar Ikan.
Baca Juga:
Dedi Arif Darsono Belum Kroscek Proyek Siluman Gardu Asem
"Jadi prosesnya (pembangunan) lama, karena bata-bata nya didatangkan dari Belanda. kita bisa bayangkan, kapal berlalu-lalang ke sini membawa bata ini. Bata digunakan sebagai penyeimbang," jelasnya.
Saluran pipa bahkan melewati gedung Wali Kota (Stadhuis) dan Kantil Batavia. Setidaknya, kebutuhan air bersih untuk ribuan penduduk dalam kastil dilayani oleh saluran pipa ini, baik untuk minum maupun mencuci.
Lantas, mengapa hanya penduduk dalam benteng saja? Junus menjelaskan, kala itu, VOC membangun benteng pertahanan yang kuat usai 30 tahun menduduki Sunda Kelapa.