Berbeda dari percobaan pertama yang menggunakan darah domba, Denys memilih darah anak sapi untuk Mauroy.
Benar saja, Mauroy meninggal setelah dilakukan percobaan transfusi darah anak sapi tersebut, meskipun Tucker mengira bahwa pasien terkena racun arsenik oleh ahli bedah.
Baca Juga:
Sambut Hari Kebangkitan Nasional 2025, RSUD CAM Gelar Aksi Donor Darah
Sebelum meninggal, diketahui Mauroy mengalami kondisi yang mengerikan.
“Lima ons darah anak sapi berhasil masuk ke tubuh pria itu, namun Mauroy mulai berkeringat, lengan dan ketiaknya terasa sangat panas, seperti habis terbakar,” kata Tucker.
Istri salah satu pasien yang meninggal (tidak disebutkan namanya), menuduh Denys telah melakukan percobaan pembunuhan.
Baca Juga:
Wabup Audi Murphy Sitorus Dorong PMI Toba Lebih Aktif di Lapangan
Dia dibawa ke pengadilan dan dinyatakan tidak bersalah atas tindakannya tersebut. Akan tetapi, semenjak peristiwa tersebut, Parlemen Perancis, Gereja Katolik, dan Royal Society resmi melarang kegiatan transfusi darah sampai pertengahan abad ke-19.
Barulah di era modern, sekitar pada 1900-an, Karl Landsteiner berhasil melakukan penemuan cara transfusi darah yang baik secara medis melalui identifikasi golongan darah.
Dari peristiwa sejarah mengerikan itu, diketahui bahwa mencampur darah dari dua golongan yang tidak kompatibel, misalnya darah hewan, akan menyebabkan respons kekebalan yang berakibat fatal.