Selain itu, karena vorteks yang terpelihara terus dapat berubah menjadi bibit siklon tropis maka kecenderungan pembentukan siklon tropis di Samudra Hindia selatan ekuator dapat terus terjadi sehingga menambah efek basah selama musim kemarau tahun ini.
"Keempat penghangatan suhu permukaan laut di perairan lokal Indonesia, khususnya di bagan tengah dan timur," jelas Erma.
Baca Juga:
DPRD Kota Semarang Minta Pemerintah Tingkatkan Kesiapan Hadapi Banjir Musim Hujan
Menghangatnya suhu permukaan laut ini telah berperan dalam menyediakan bahan bakar uap air berlimpah sehingga hujan harian yang dibangkitkan oleh angin darat-laut memiliki dukungan kelembapan yang memadai.
Faktor terakhir yaitu pergeseran 'kolam hangat' di wilayah Pasifik barat ekuator menuju ke arah barat sehingga saat ini yang menjadi pusat kelembapan dari 'kolam hangat' tersebut adalah wilayah Indonesia.
"Istilah 'kolam hangat' digunakan untuk menggambarkan pusat konveksi yang terjadi sepanjang tahun di sektor Indo-Pasifik meliputi wilayah barat Samudra Pasifik dan timur Indonesia," tutur Erma.
Baca Juga:
Memasuki Musim Hujan Tahun 2024-2025, ALPERKLINAS Himbau PLN Tingkatkan Pengawasan untuk Hindari Pemadaman Akibat Gangguan Jaringan
Pergeseran kolam hangat ke barat ini biasanya terjadi pada saat La Nina.
Meskipun demikian, terdapat indikasi pergeseran ke barat kali ini lebih karena terjadi anomali sirkulasi angin di lapisan atas (200 mb) yang berasosiasi pada aktivitas ekstra-tropis yang memengaruhi wilayah tropis melalui Samudra Pasifik. [jat]