Berkatnews.id | Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebutkan bila kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Indonesia tidak serta-merta berbanding lurus terhadap penjualan mobil listrik.
Sebab, daya beli masyarakat di dalam negeri pada kendaraan bermotor masih berada di Rp 300 juta ke bawah. Hal ini sejalan dengan PDB per kapita Tanah Air yang baru berada di sekitar 4.000 dollar AS (cukup rendah di ASEAN).
Baca Juga:
Di GIIAS 2024, PLN Beberkan Layanan Infrastruktur Charging Station Terintegrasi Dalam Aplikasi PLN Mobile
"Daya beli kita untuk kendaraan bermotor masih Rp 300 jutaan ke bawah. Jadi sebagian besar masih belum bisa membelinya karena harga mobil listrik (EV) itu sekarang Rp 700 juta sampai Rp 800 jutaan," kata Ketua I Gaikindo Jongkie D Sugiarto saat dihubungi, Selasa (6/9/2022).
Menurutnya, harga mobil listrik yang cukup mahal saat ini disebabkan berbagai komponen penting di dalamnya masih belum dapat dibuat secara mandiri atau lokal.
Di antaranya, seperti motor listrik dan baterai. Apabila hal tersebut dapat untuk diproduksi lokal, maka besar kemungkinan mobil listrik bisa lebih dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Baca Juga:
Pertumbuhan Pesat Mobil Listrik di Indonesia: Saingi Thailand, Lewati Jepang!
Sebelumnya Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (Dirjen ILMATE) Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier menyebut bahwa rentang harga mobil listrik Rp 250 juta - Rp 300 juta bisa mempercepat transisi ke era elektrifikasi.
"Kami meyakini berbagai pabrikan mobil listrik di sini akan menghasilkan mobil murah. Konsumsi masyarakat Indonesia untuk membeli mobil 62 persen di harga Rp 250 juta - Rp 300 juta," kata dia.
"Kalau ada mobil yang harganya segitu, saya yakin proses peralihan akan lebih cepat, karena faktanya saat ini dilapangkan harganya masih sedikit tinggi," tuturnya.