Anugerah-News.id | Terhadap manusia berdosa, Allah tidak merasa jijik dan menjauhinya. Allah melalui Putra-Nya, Yesus justru turun ke dalam dunia mendekati manusia yang hina dan kotor.
Yesus menunjukkan ini semua lewat kehadiran-Nya di dunia. Sepanjang hidupnya Yesus selalu dekat dengan orang-orang “hina dan kotor” pada zaman itu.
Baca Juga:
Destinasi Hits Terbaru Indonesia, 5.000 Wisatawan Serbu IKN Setiap Hari
Ada orang sakit kusta, perwira Romawi, perempuan yang berbuat zinah, perempuaan Kanaan, orang yang telah mati, dan lainnya.
Semua itu menunjukkan kepada kita satu fakta tak terbantahkan: manusia telah menerima anugerah agung itu.
Oleh karena anugerah Allah saya kita layak menghadap-Nya. Oleh karena anugerah-Nya saja kita dipulihkan dan disucikan dari dosa. Oleh karena anugerah-Nya saja, kita diselamatkan.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Respons Atas Anugerah Allah
Sekarang, terhadap kita yang sudah mengetahui dan mendapatkan anugerah itu, apakah yang harus kita lakukan?
Setidaknya ada 3 hal yang mesti kita lakukan: Mengucap Syukur, Memberitakan Sukacita Anugerah, dan Menyatakan Syukur.
Ada sebuah ungkapan: Gratia (anugerah) melahirkan gratitude (syukur).
Kesadaran akan anugerah Tuhan dalam kehidupan kita akan menghasilkan limpahan ucapan syukur. Ketika anugerah tidak disadari, kita bisa menganggap banyak hal memang sudah sepatutnya kita terima, dan rasa syukur pun berangsur pudar.
Paulus dalam pesannya kepada Timotius dalam 1 Timotius 1:12-17 membahas hal ini. Pernyataan Paulus menunjukkan kesadarannya yang sangat kuat akan anugerah Tuhan dalam hidupnya.
Paulus adalah seorang Yahudi tulen dan awalnya sangat menentang ajaran tentang Yesus Kristus. Ia adalah orang yang menyetujui perajaman martir pertama, Stefanus. Lalu, ia mengancam dan menangkapi para pengikut Kristus (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 8:1; 9:1-2).
Ia penghujat dan penganiaya, seorang yang ganas (ayat 13). Namun, Tuhan berkenan menampakkan diri kepadanya, mengubah hidupnya, dan mempercayakan pelayanan pemberitaan Injil kepadanya.
Paulus tidak sedang membanggakan masa lalunya yang penuh dosa. Ia tengah dipenuhi rasa syukur yang lahir dari limpahnya anugerah Tuhan (ayat 14).
Orang boleh memandangnya sebagai seorang rasul besar, pengkhotbah hebat, tetapi ia sadar betul ia hanyalah seorang pendosa besar yang mendapat kasih karunia Tuhan (ayat 15-16).
Kita perlu terus mengingatkan diri bahwa kesempatan melayani Tuhan adalah kasih karunia, bukan sesuatu yang bisa kita lakukan karena kita lebih baik atau lebih mampu dari orang lain.
Kita bahkan tidak bisa menyebut pelayanan sebagai balas budi atas anugerah-Nya, sebab kemurahan Tuhan tidak dapat kita tukar atau ganti dengan ragam kebaikan kita.
Biarlah anugerah Tuhan sekali lagi melahirkan syukur di hati kita, dan menggerakkan kita untuk melayani-Nya. Inilah respons atas anugerah Allah yang terbaik yang bisa kita lakukan.(jef)
Sumber: Danielnugroho.com