AnugerahNews.id | Ratusan warga Cianjur, Jawa Barat, jalani ibadah Natal pada Minggu (25/12) di tenda yang dipasang di depan Gereja Santo Petrus.
Ibadah Natal terpaksa dilaksanakan di tenda-tenda, karena bangunan gereja rusak parah akibat gempa yang mengguncang Cianjur pada November lalu.
Baca Juga:
Stop Beli Rumah di Alam Sutera, Nafsu Dapat Fee Besar Marketing dari Proses KPR Rugikan Pembeli Ratusan Juta Rupiah
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan kondisi Gereja Santo Petrus mengalami rusak berat akibat gempa.
"Selain itu, peniadaan kegiatan ibadah di dalam gereja juga untuk menghindari rasa trauma apabila terjadi gempa susulan yang dapat mengganggu jalannya ibadah keagamaan," kata Abdul dalam keterangan tertulis.
Petugas keamanan yang terdiri dari unsur TNI-Polri berjaga di pintu masuk.
Baca Juga:
Kementan Instruksikan Bulog Wajib Serap 3 Juta Ton Beras Petani
Setelah pintu masuk, tampak sejumlah panitia melakukan skrining awal berupa pengecekan suhu tubuh, pemberian hand sanitizer, dan pembagian masker bagi jemaat untuk mencegah penularan Covid-19.
Warga melaksanakan seluruh rangkaian ibadah keagamaan dengan khidmat.
Intan Simarmata selaku ketua panitia natal di Gereja Santo Petrus menuturkan warga cukup antusias dalam perayaan Natal di tengah kondisi pascagempa.
"Malam (24/12) sama pagi ini (25/12), sepertinya ada 700 warga yang hadir di sini, cukup antusias sekali walaupun situasi seperti ini, warga tetap suka cita untuk bergabung merayakan natal bersama," ujar Intan.
Hal senada juga diungkapkan Supri salah satu jemaat Gereja Santo Petrus.
Ia mengaku ingin bangkit setelah bencana gempa yang mengguncang Cianjur bulan lalu.
"Saya sangat optimis terhadap kebangkitan Cianjur, toleransi antar umat beragama dalam masa darurat kemarin juga telah menjadi bukti bahwa kita bisa bangkit bersama," ungkap Supri.
Masa tanggap darurat kini sudah beralih ke masa transisi pemulihan. BNPB juga secara konsisten terus mendampingi pemerintah daerah dalam masa tanggap darurat, transisi pemulihan, hingga rehabilitasi dan rekonstruksi.
Hingga 21 Desember 2022 atau sebulan pascagempa Cianjur, korban meninggal dunia tercatat sebanyak 635 orang. Sementara lima orang masih hilang dan dalam pencarian.(jef)