AnugerahNews.id | Ludwig Ingwer Nommensen adalah tokoh penting di balik penyebaran Kristen Protestan di Tanah Batak.
Nommensen pertama kali menjejakkan kakinya di wilayah Nusantara pada 14 Mei 1862, tepatnya di Padang.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
Ludwig Ingwer Nommensen menyebarkan ajaran Kristen Protestan di Tanah Batak hampir 57 tahun lamanya.
Hasil paling besar dari usahanya itu adalah berdirinya gereja terbesar di tengah-tengah masyarakat Batak, yaitu Hura Kristen Batak Protestan (HKBP) yang masih eksis hingga saat ini.
Profil Ludwig Ingwer Nommensen
Baca Juga:
Polsek Bagan Sinembah Gelar Kegiatan Launching Gugus Tugas Polri dan Ketapang.
Ludwig Ingwer Nommensen lahir di Nordstrand, Jerman, pada tanggal 6 Februari 1834. Saat itu, Nordstrand masih bagian dari Denmark.
Nommensen bukan terlahir dari keluarga berada, sehingga sejak kecil dia terbiasa bekerja untuk membantu orang tuanya.
Pekerjaan-pekerjaan kasar sudah dijalaninya sejak usia 7 tahun, mulai dari tukang atap, petani, hingga pembajak sawah.
Pada usia 12 tahun, Nommensen mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kakinya patah.
Akibatnya, Nommensen harus berbaring di atas tempat tidur selama berbulan-bulan lamanya.
Dalam kondisi tersebut, Nommensen berdoa agar diberi kesembuhan. Dia berjanji akan menyebarkan ajaran Injil sesudah sembuh nanti.
Setelah kakinya sembuh, dia kembali dalam aktivitasnya sebagai petani seraya mempelajari Injil.
Memasuki usia 20 tahun, Nommensen berangkat ke Barmen untuk menempuh pendidikan sebagai penginjil di Lutheran Rheinische Missionsgesellschaft (RMG).
Empat tahun kemudian, Nommensen dinyatakan lulus dan mendapat penugasan menjadi misionaris di Sumatera.
Memulai Batakmission di Tanah Batak
Pada 14 Mei 1862, Nommensen tiba di Sumatera, tepatnya di Padang.
Misi penyebaran Injil pertama kali dia lakukan di Barus, dengan harapan bisa menepat di daerah Toba.
Namun pemerintah Hindia Belanda tidak memberikan izin dengan alasan keamanan, mengingat daerah itu belum dikuasai.
Nommensen lantas bergabung dengan penginjil lain yang ada di Sipirok.
Mereka berdiskusi terkait pembagian wilayah tugas, dan Nommensen mendapat tugas di Silindung.
Pada tanggal 11 November 1863, Nommensen melawat ke Tarutung dan diterima dengan baik oleh Ompu Pasang.
Setahun berikutnya, ketika kembali ke Tarutung, Nommensen tidak mendapatkan sambutan yang sama dari sebelumnya.
Nommensen lantas berpindah ke desa lain, hingga sampai di desa yang dikuasai Raja Terlindung Lumban Tobing.
Saat itu, daerah tersebut sedang dilanda wabah kolera, di mana istri sang raja juga menjadi salah satu korbannya.
Nommansen lantas bergerak untuk membantu mengobati masyarakat, termasuk istri raja.
Dia menggunakan metode homeopati, yang merupakan pengobatan alternatif menggunakan larutan dari bahan alam.
Banyak orang Batak yang berhasil disembuhkan oleh Nommensen melalui metodenya ini.
Hal itu cukup berdampak pada misi Nommensen yaitu menyebarkan ajaran Kristen, karena banyak orang yang mau dibaptis setelah disembuhkan.
Pembaptisan orang Batak pertama tercatat pada tanggal 27 Agustus 1865. Setelah itu disusul oleh Raja Lumban Tobing dan diikuti banyak orang.
Perkembangan misi yang dirintis Nommensen kian pesat setelah wilayah Silindung dan Toba berhasil ditaklukkan oleh Hindia Belanda.
Ephorus HKBP Pertama
Ludwig Ingwer Nommensen tercatat sebagai Ephorus HKPB Pertama.
Ephorus ini merupakan pemimpin tertinggi dalam struktur Huria Kristen Batak Protestan (HKPB).
HKBP sendiri merupakan gereja adat yang beraliran Lutheran di kalangan masyarakat Suku Batak Toba.
HKBP masih eksis hingga saat ini, dan menjadi organisasi keagamaan terbesar ketiga setelah NU dan Muhammadiyah.
Gereja HKBP pertama kali didirikan pada tanggal 7 Oktober 1861, dan termasuk dalam salah satu misi RMG melalui Nommensen dan penginjil lainnya.
Ludwig Ingwer Nommensen mengemban tugas sebagai Ephorus pada tahun 1881 hingga akhir hayatnya.
Karena jasa-jasanya, Nommensen juga mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Bonn.
Kerajaan Belanda juga pernah memberikan bintang kehormatan kepada Nommensen dalam bentuk Officer Orde Oranye-Nassau.
Ludwig Ingwer Nommensen yang dikenal sebagai Rasul Orang Batak meninggal dunia pada 23 Mei 1918.
Dia dimakamkan di Sigumpar, di tengah-tengah masyarakat yang dilayaninya selama 57 tahun.
Saat Nommensen meninggal dunia, tercatat sudah ada 180.000 orang Batak yang dibaptis baik melalui Batakmission maupun HKBP. [rna]