Selain itu, KCIC juga sudah memiliki Depo yang berlokasi di Tegalluar dengan progres pembangunan yang sudah mencapai 50,24 persen. Meski belum rampung sepenuhnya, Depo ini sudah bisa dioperasikan untuk kebutuhan proyek seperti pengelasan batang rel KCJB di fasilitas Welding Factory yang tersedia di sana.
“Dengan progres yang mencapai 79.90 persen, tentu sudah banyak yang sudah kami capai. Konstruksi bridge, Subgrade dan tunnel sudah hampir mendekati final. Rangkaian EMU dan CIT KCJB juga sudah diproduksi. Beberapa unit bakhan su-dah selesai produksinya dan rencananya akan tiba di Indonesia di pertengahan 2022 untuk dipakai saat trial run nanti,” papar Dwiyana.
Baca Juga:
Bandara Halim Perdanakusuma Luncurkan T-Shuttle Menuju Stasiun Kereta Cepat "Whoosh"
Lebih lanjut, Dwiyana memaparkan pihak KCIC bersama tim konstruksi dan para ahli juga sudah menemukan solusi untuk mengatasi kendala geografis berupa clayshale yang dihadapi dalam pengerjaan Tunnel #2, Tunnel #, dan Tunnel #6. Ia melibatkan ahli tunnel dari ITB dan Tiongkok. Titik penggalian pun ditambah dari dua menjadi empat arah.
“Jadi selain penggalian di titik inlet dan outlet, kontraktor melakukan penggalian di dua titik inclined shaft,” kata dia.
Di samping itu ada perubahan metode kerja dari three bench menjadi double side-wall untuk menghindari longsor, serta melakukan surface grouting di lapisan atas tunnel dengan melakukan drilling dan pengecoran di titik-titik rawan clay shale un-tuk memperkuat lapisan atas tunnel.
Baca Juga:
Jaga Keselamatan Pengguna Jalan, KCIC Tutup Akses Tol Stasiun Kereta Cepat Halim
“Kami sangat bersyukur sekali karena KCIC bersama kontraktor KCJB sudah menemukan solusi untuk mengatasi kendala geografis di Tunnel #2, #4, dan #6. Tentu solusi ini jadi langkah yang besar saat upaya percepatan pembangunan ber-langsung karena ketiga tunnel tersebut berada di area clay shale dan masuk se-bagai titik konstruksi dengan tantangan geografis yang terberat,” ucap Dwiyana. [jat]